Custom Search

06/08/08

Terancam Punah

TEMPO Interaktif, Edinburgh:
 
-- Baru tiga tahun eksistensinya sebagai primata besar Afrika Timur diakui dunia, Kipunji sudah masuk ke dalam daftar merah 25 primata paling terancam punah. Menurut sensus yang dilakukan Wildlife Conservation Society (WCS), populasi monyet spesies baru yang memiliki bulu abu-abu kecokelatan dengan pelupuk mata hitam dan jambul jabrik saling silang di kepalanya itu, tinggal 1.117 ekor.

Dalam survei yang dilakukan tim WCS, terungkap bahwa Kipunji (Rungwecebus kipunji) hanya memiliki hutan seluas 17,69 kilometer persegi di dua kawasan terisolasi sebagai wilayah jelajahnya, yaitu di Dataran Tinggi Selatan Pegunungan Udzungwa di Tanzania. Namun habitat yang tinggal secuil itu juga masih digerogoti pembalakan liar dan alih fungsi hutan.

Tambahan lagi, monyet itu juga diincar para pemburu yang menginginkan dagingnya sebagai pengganjal perut. Kombinasi ancaman tersebut membuat International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) menggolongkan Kipunji ke dalam 25 primata paling terancam punah.

Tapi, sebenarnya bukan cuma Kipunji dan 24 jenis primata lainnya yang terancam punah. IUCN menyatakan hampir 50 persen dari 634 jenis primata dunia berada dalam bahaya kepunahan.

Hasil peninjauan komprehensif pertama dalam lima tahun yang dilakukan berdasarkan kriteria IUCN Red List of Threatened Species itu dipublikasikan dalam International Primatological Society Congress di Edinburgh, Skotlandia, awal pekan ini.

Nasib yang paling memprihatinkan dialami primata penghuni Benua Asia. Lebih dari 70 persen primata Asia diklasifikasikan berstatus rawan, terancam, sampai kategori tertinggi sangat terancam. Itu berarti mereka bisa punah dalam beberapa tahun mendatang jika tidak ada langkah pencegahan.

"Selama bertahun-tahun kami membangkitkan keprihatinan tentang bahaya yang dihadapi primata, tapi kini kami memiliki data solid untuk menunjukkan bahwa situasinya lebih buruk daripada dugaan semula," kata Russell A. Mittermeier, Presiden Conservation International yang juga menjabat sebagai Ketua Primate Specialist Group di Species Survival Commission IUCN.

Mittermeier menyatakan perusakan hutan tropis selalu menjadi penyebab utama. Tapi sekarang terungkap bahwa perburuan juga menjadi ancaman serius di beberapa daerah yang habitatnya masih bagus. "Di banyak tempat, primata benar-benar dimakan sampai punah," ujarnya.

Berkat masukan data dari ratusan pakar di seluruh dunia, peninjauan tersebut menyediakan data ilmiah yang memperlihatkan seberapa parah ancaman yang dihadapi satwa itu. Peninjauan tersebut menunjukkan bahwa 90 persen primata di Vietnam dan Kamboja berisiko punah.

Populasi gibbon, monyet daun, lutung, dan spesies lain di sana anjlok karena penyempitan habitat yang diperparah oleh perburuan untuk menjadikannya makanan dan obat tradisional.

"Apa yang terjadi di Asia Tenggara sangat mengerikan," kata Jean Cristophe Vié, Wakil kepala Program Spesies di IUCN. "Kami belum pernah memiliki sekelompok binatang yang mengalami tingkat ancaman setinggi itu," Jean menambahkan.

TJANDRA DEWI | SCIENCEDAILY | IUCN | PRIMATE
http://tempointeraktif.com/
 

Search Engine Terpopuler Milik Anak Bangsa
http://djitu.com

Custom Search