Custom Search

12/09/08

Sulitkah Menjadi Pria Bijaksana?

Metroseksual
Sulitkah Menjadi Pria Bijaksana?
Dewi Arta - Okezone
 
Foto: Corbis
PRIA mana pun selalu menginginkan hubungannya bersama sang kekasih berjalan mulus. Tetapi teori sering kali tak sesuai dengan praktik, di mana masalah selalu datang dan pergi menghampiri hubungan sepasang kekasih.

Ketika hubungan sedang bermasalah pun, pria selalu dituntut menjadi sosok yang bijaksana dalam menyelesaikan setiap masalah. Sulitkah menjadi pria bijaksana?

Tentu saja tidak sulit, selama Anda mau mempraktikkan rumus jitu menjadi pria bijakasana, seperti dikutip dari Health24.

Adil membagi waktu

Anda boleh saja sibuk bekerja, namun bukan berarti Anda tak ada waktu untuk memberikan perhatian kepada sang kekasih. Ketahuilah bahwa wanita itu juga sangat merindukan perhatian dan kasih sayang dari pasangannya. Oleh karena itu Anda harus lebih bijaksana mengatur waktu antara urusan kantor dan percintaan.

Meletakkan kepentingan keluarga dan kekasih secara seimbang

Anda mungkin mengalami dilema apabila sang kekasih menuntut Anda untuk selalu memprioritaskan kepentingannya ketimbang keluarga Anda sendiri. Namun, tetaplah bersikap bijaksana untuk menjelaskannya bahwa keluarga juga mempunyai arti penting buat Anda. Oleh karena itu Anda bisa menjalankan kepentingan keluarga dan kekasih secara seimbang.

Memberikan kepercayaan penuh kepada pasangan

Sebuah hubungan percintaan akan berjalan dengan baik apabila Anda dan pasangan menanamkan rasa saling percaya yang mendalam. Anda pun tak perlu terpengaruh oleh gosip yang tidak jelas, yang bisa membuat hubungan percintaan Anda bersama kekasih menjadi retak.
 
(tty)
 
Portal News - Komunitas Informasi Dunia

4 Tanda Wanita Ingin Mengikatmu

Metroseksual
4 Tanda Wanita Ingin Mengikatmu
Dewi Arta - Okezone
 
Foto: Corbis
HUBUNGAN percintaan yang telah lama dibina tentunya ada rencana yang indah di balik semuanya. Pernikahan merupakan awal sebuah rumah tangga di mana hubungan percinta yang telah dibina sekian lama menuju satu titik terang. Tetapi bagaimanakah dengan kalian, para pria yang masih ingin lebih lama menjalin hubungan dan belum siap untuk menikah?
 
Menurut berita yang dilansir askmen, ada beberapa hal yang dilakukan wanita untuk mengikat pria dalam sebuah tali perkawinan, seperti dibawah ini :

Dia menceritakan rencana pernikah kalian di depan umum
Tanpa ada persetujuan dari dirimu, dia langsung menceritakan rencana pernikahan kalian. Padahal tidak ada kesepakatan di antara kalian berdua. Tentunya hal ini akan membuatmu bingung dengan segudang pertanyaan dari orang banyak.
 
Dia membatasi dirimu berkomunikasi dengan wanita lain
Dalam hal ini, seperti seorang yang posesif, dia akan selalu mengawasimu dan membatasi komunikasimu dengan para wanita. Walaupun itu hanya masalah pekerjaan, tetapi rasa cemburunya yang besar bisa membuatmu dalam sebuah masalah yang besar.
 
Dia meneleponmu setiap saat
Jika kamu terlalu sulit untuk ditemui, telepon merupakan salah satu jawaban yang tepat dan cepat untuk menghubungi dirimu. Selama ponselmu bisa dihubungi tentunya dia tidak akan ragu-ragu untuk menghubungimu. Pastinya dia akan menanyakan kapan pernikahan kalian dapat secepatnya berlangsung.
 
Dia akan menceritakan rencana pernikahan kalian kepada keluargamu
Tidak hanya di depan umum dia meyebarkan rencana pernikahan kalian bahkan dia tidak segan-segan untuk mengungkapkan rencana indah pernikahan kalian kepada keluargamu. Jangan kaget dulu, tetapi cobalah untuk menjelaskan apa yang terjadi dalam hubungan kalian kepada keluargamu.
 
(nsa)
 
Portal News - Komunitas Informasi Dunia

Hubungan Mapan di Pernikahan Bikin Wanita Malas Ngeseks

Hubungan Mapan di Pernikahan Bikin Wanita Malas Ngeseks
 
 
Majalah Seks Konseling - Makin lama menikah, ternyata membuat wanita makin malas berhubungan seks. Peneliti asal Jerman membuktikan, menurunnya gairah wanita dipicu karena hubungan yang semakin nyaman dan mapan.
 
Frekuensi hubungan seks yang semakin menurun kerap menjadi keluhan pasangan yang sudah menikah selama beberapa tahun. Keluhan ini kadang bisa berbuntut serius hingga perceraian.

Umumnya, pihak yang wanita yang lebih sering mengeluh kehilangan gairah seks setelah beberapa tahun masa pernikahan. Sedangkan pria, seperti telah diberitakan sebelumnya, juga bisa mengalami gangguan gairah jika tertekan karena stress pekerjaan dan masalah lainnya.

Kesimpulan beberapa peneliti Jerman mungkin bisa membantu menguak penyebab masalah ini. Menurut peneliti dari Universitas Hamburg-Eppendorf, gairah seksual wanita mulai menyusut ketika ia merasa semakin nyaman dalam pernikahannya. Demikian indiatimes, Rabu (23/8/2006)

Usut punya usut, hal ini bisa saja ada hubungannya dengan naluri masing-masing jenis kelamin dalam mempertahankan hubungannya. Pria lebih terdorong untuk menjaga gairah seksualnya untuk 'mengamankan' pasangannya dari 'serangan' pria lain. Sedangkan wanita lebih mengutamakan membina hubungan yang kuat dan kedekatan yang intens dengan pasangan untuk masa depan yang aman bagi dirinya dan anak-anaknya.

Setelah empat tahun pernikahan, hanya separuh wanita dalam penelitian ini yang mengaku ingin tetap bercinta secara teratur. Sebaliknya, gairah seksual para pria tetap tinggi tak peduli seberapa lama usia pernikahannya.

Penelitian yang melibatkan 500 orang usia 30-45 tahun itu juga membuktikan keinginan wanita untuk dibelai dan diperlakukan dengan lembut tak berubah seiring dengan usia pernikahan. Sedangkan, hanya seperempat pria di atas usia 30 tahun dan sudah menikah selama 10 tahun yang merasa masih membutuhkan hal tersebut.

Dua pertiga wanita usia 30 tahun masih memiliki gairah yang tinggi untuk bercinta, namun setelah empat tahun pernikahan jumlah tersebut menurun hingga separuhnya. Dalam penelitian ini, tak ditemukan adanya penurunan yang signifikan dalam gairah seksual pria.

Setelah beberapa tahun menikah dan semakin percaya pada pasangannya, wanita lebih senang bergandengan tangan atau berpelukan yang nyaman, ketimbang bercinta penuh gairah. Wanita lebih mementingkan kenyamanan emosional dan stabilitas hubungan ketimbang seks dan keintiman fisik semata.

Nah, hal ini lah yang kerap menjadi masalah bagi banyak pasangan. Jika tidak diatasi dengan komunikasi yang baik, masalah ini bisa berujung pada perpisahan, bahkan perceraian.

Jika enggan menempuh konseling pernikahan, pasangan bisa mengatasi masalah ini lewat berbagai cara. Diantaranya dengan mencoba lebih terbuka ketika berkomunikasi, lebih banyak menghabiskan waktu berdua,berlibur berdua, dan berusaha bercinta secara teratur.

Untuk Anda, pasangan yang tidak melakukan aktivitas seks selama beberapa bulan, sebaiknya mulailah berubah. Pasangan yang stop bercinta bisa mengalami hypochondria atau timbulnya penyakit-penyakit fisik. Hypochondria tersebut muncul karena sebab-sebab psikologis atau stress.

Sumber: detikcom

08/09/08

BARGAIN MEDICINE ; Outsourcing the Drug Industry

Getty Images
India and China are happy hunting grounds for U.S. pharmaceutical companies looking for talented scientists.
 
US giants are rushing to partner with Indian and Chinese companies -- tapping their brainpower and saving millions of dollars in the search for breakthrough treatments.
 
In her swank headquarters just blocks from some of Mumbai's worst slums, Swati Piramal is midway through an impassioned pitch about revolutionizing the world of drug discovery. Sanskrit passages of the Bhagavad Gita, the ancient Hindu text that guides her business philosophy, adorn the office walls of her company, Piramal Life Sciences. Its logo is gyan mudra, a finger gesture used in yoga meditation resembling the Western sign for "A-O.K."
 
Journey now to Bangalore. After a crawl through the city's notorious traffic and a bone-rattling ride over a cratered road that washes away with each rainfall, the four-wheel-drive van arrives at the glistening, ocean liner-shaped headquarters of Jubilant Biosys. The laboratories inside are world-class. But when equipment fails, repairs often take a week, scientist Ajith Kamath explains sheepishly. Lunch is Domino's pizza with toppings that include corn, Indian paneer cheese, and hot spices. Turns out Jubilant is co-owner of India's Domino's franchise.
 
At first glance, companies such as Jubilant and Piramal may seem too undeveloped -- or perhaps just too culturally remote -- to rub shoulders with the world's top pharmaceutical makers. But judging from all the deals taking shape in India, they may have a critical role to play in the industry's future. In recent months, Western executives have been flocking to India's hastily built science parks, looking for allies in the never-ending quest to develop blockbuster treatments. With little fanfare, they've started a process that could lead to wide-scale outsourcing of drug research to Asia.
 
Five Western companies have formed drug discovery partnerships with Jubilant, including Eli Lilly, Amgen, and Forest Laboratories. Lilly is also partnering with Piramal, as is Merck. Every month deals are signed with India's elite pharmaceutical companies. The goal is to take promising compounds discovered by the multinationals, run tests to weed out the weakest candidates, and develop some of the others into marketable drugs. Eventually the Indian partners also hope to rack up scientific breakthroughs that lead to entirely new medicines for diseases such as Alzheimer's, cancer, or diabetes.
 
Looking beyond India's potholed streets and poverty, Western drug executives say they've forged a powerful model for research collaboration. The timing is no accident. Despite spending billions at home on technologies to turn gene-based discoveries into new medicines, pharmaceutical companies are struggling to come up with revolutionary products that will pull them out of a five-year slump with virtually no revenue growth. In desperation, the drug giants are paying hefty premiums to swallow biotech companies -- witness Roche's $44 billion bid to purchase Genentech in July.
 
What the multinationals now seek from India is the same combination of brainpower and cost savings that made the subcontinent a leader in software and computer services. Some Western companies are volunteering to share intellectual-property rights on new discoveries and even divvy up the profits. "It's a transformation of the R&D enterprise," says Robert W. Armstrong, Lilly's vice-president for global external research. "We have to think in a totally different mode."
 
The rush east, where five PhD chemists can be had for the cost of one in the West, entails risks. At a time when Pfizer, AstraZeneca and others are slashing U.S. R&D jobs by the thousands, the buildup in Asia is bound to set off alarms that America is sacrificing another key industry through radical outsourcing. But if the strategy works, it could save the drug industry billions of dollars, bring down the prices of new drugs, and accelerate breakthroughs.
 
The impact of research outsourcing will be amplified greatly as China, with an even bigger pool of biochemists, expands its role. Lilly, Sanofi-Aventis, and others have already struck up partnerships there. China has "extraordinary potential," says Eric J. Topol, former chief cardiologist at the Cleveland Clinic, who advises HUYA Bioscience, a drug licensing venture based in San Diego. China could yield "a flood of potentially important therapies. It's just a matter of time."
 
The East-West research collaborations are new and have yet to produce a single drug. But many Western executives say they're stunned at how quickly the Indian industry is achieving targets set by the joint ventures. Just a few decades ago, India was a outcast in the pharma business. To the outrage of Western multinationals, New Delhi in the 1970s declared it would cease honoring patents on pharmaceuticals.
 
Thousands of generic drugmakers then sprouted up, reverse-engineering Western medicines and distributing them in India and in other developing countries. The Indian executives argued they were providing a social service, selling antibiotics, say, for a fraction of what Western patent holders demanded. In the 1990s, Indian generics makers Cipla and Ranbaxy Laboratories started selling AIDS cocktails in India and Africa at just $1 per dose.
 
Even Indian drug executives, however, realized the knockoff business is a dead end. Almost all of India's top pharma managers say their cherished goal is to stamp out diseases in the Third World. That will require breakthrough medicines, not factories full of pirated generics. They also recognize the only way to jump-start a modern industry is through collaboration with Western drug companies. So in 2003, New Delhi reversed course and said it would protect the rights of foreign patent holders.
 
The first collaborations involved fairly simple lab work, mainly to save on labor costs. The Indians wanted more responsibility. But while India had plenty of good chemists who could crank out drug knockoffs, it lacked biologists with the deep knowledge and experience to develop novel compounds.
 
When Sandeep Gupta, a former Forest Labs research director, toured Indian pharma companies in 2006, he urged the CEOs to import talent fast. "I told them unless they expanded their biology capability, I couldn't [make deals] with them," he says. Soon, local drugmakers were snatching up thousands of Indian-born biologists who had trained abroad and offering them leadership opportunities. Jubilant nabbed Kamath, a 14-year veteran of Pfizer, to head its nascent structural biology department, and V.N. Balaji, who had worked at Monsanto and Allergan, as chief scientific officer. The company quickly expanded its team of 50 chemists and drug discovery experts to an army of 700. "If you told me five years ago this would all be here today, I would have replied 'no way,' " Kamath says.
 
Over time, the partnerships evolved into co-development arrangements. The turning point was a 2003 collaboration between GlaxoSmithKline and Ranbaxy. Glaxo handed over novel compounds thought to have medicinal value and offered its Indian partner a share of the intellectual-property rights and millions in royalties if it could help develop a commercial drug. Western drug companies have announced about $400 million worth of such deals so far, but the total value is probably much higher. BristolMyersSquibb, for example, has expanded a research partnership with Bangalore-based Biocon. It includes a state-of-the-art research facility that will house 400 scientists --the cost of which has not been announced.
 
For the Western partners, the first objective in these alliances is to cut costs. In the U.S., specialized research outsourcing firms will charge a drug company $250,000 and up for the full-time services of a PhD chemist. With an Indian partner, the same work can be done for roughly one-fifth the cost. But what Western companies long for, more than anything, is to replenish their drug development pipelines. It can cost as much as $100 million to nurture a potential drug from a germ of an idea to the point where it is tested in people. After all that, the odds of any drug winning Food & Drug Administration approval are just 1 in 8. By conducting many experiments in low-cost Asia, the drug companies believe they can run more projects while keeping R&D budgets flat. In other words, they gain "more shots on goal" -- a phrase that gets repeated so frequently you'd think it's a quote from a sacred Indian text.
 
The other catchphrase that comes up constantly is "fail fast, fail cheap." When scientists study potential drugs in the test tube and then in animals, they detect many problems that ultimately cause drugs to fail, such as toxic side effects or inadequate absorption in the body. Killing projects at that stage is essential, because most of the cost to develop a drug -- a few hundred million dollars, typically -- comes later, during human clinical trials. In effect, Western drugmakers want to front-load the failures through early-stage screening in India, says C.S.N. Murthy, CEO of Bangalore-based Aurigene. "Here, you can get four failures for the price of one."
 
In the early days, Western executives were suspicious of their Indian partners with their history of drug knockoffs. Yet they were also powerfully attracted. Mervyn Turner, a senior research vice-president at Merck, says his first trip to India in November 2007 was "mind-blowing." He was impressed by the local companies' yearning to do world-class research and by their passionate, charismatic leaders. In Mumbai, he met Piramal, the Harvard-educated daughter of a textile mogul, who explained that she chose medicine to find a cure for polio. She's "a force of nature," he says.
 
A look inside Forest Lab's partnership with Aurigene shows both the strengths of the new research model and the hurdles it faces. Forest has given Aurigene some prized, proprietary data on how novel drugs might attack metabolic disorders such as diabetes. Aurigene's job is to screen a library of therapeutic chemicals and come up with a drug. Each company has assigned three senior staff to a "joint research council," and parallel teams of chemists and biologists keep in constant touch via teleconferences. Murthy says speed is of the essence. While large U.S. labs struggle with bureaucracy, "in a place like this, a scientist makes some computations in the morning, and by the afternoon he has all the data. He doesn't call a meeting. He walks up to a colleague and stands over him until he gets what he needs." Forest and Aurigene recently designed a drug and started animal tests in just three months -- a quick kick-off by U.S. and European standards.
 
Western drug companies are giving Asian partners more responsibilities than they ever imagined. Suven Life Sciences, an Indian startup in Hyderabad, is co-developing drugs for brain diseases with Lilly. As part of the deal, Suven can work on its own drugs for Alzheimer's, obesity, and Parkinson's disease, provided they don't compete with jointly developed products. Early on, Lilly sought to impose restrictions on Suven's own research. "We didn't have any flexibility," says CEO Venkat Jasti. But as the relationship evolved, Jasti prevailed on his U.S. partners to toss that paperwork in the trash. "We can't do it the Lilly way," Jasti says. "Innovation comes from freedom."
 

SEXISM IN GERMANY ; Universities Rewarded for Hiring Women Professors

DPA
There are plenty of women in Germany pursuing a Ph.D. Statistics show, though, that advancing any further is extremely difficult.
 
Only one in six professors in Germany is a woman. But Germany's Education Ministry is trying to redress the huge gender imbalance. It is giving 79 universities extra funding to employ more female lecturers and professors.
 
Chancellor Angela Merkel may be running the country, but for many other women in Germany, the glass ceiling is firmly in place -- with one of the biggest gender pay gaps in the European Union and a glaring absence of women in top management positions. So it comes as no surprise that women also find it difficult to forge ahead in the male-dominated world of German academia.
 
While women make up 50 percent of the student body, they only account for 40 percent of those pursuing doctorates. Once you start going up the stairs in the ivory tower, the presence of women becomes even rarer. Only 24 percent of university lecturers are women, and a paltry 15 percent of the country's 38,000 tenured professors are female.
 
The German Education Ministry is hoping to make a dent in those figures by paying the salary of between one and three female professors or lecturers at universities that prove a commitment to redressing this gender imbalance. On Wednesday, Education Minister Annette Schavan, a member of Chancellor Angela Merkel's Christian Democrats, revealed the results of the first round of a competition for getting these extra funds.
 
The government has committed €150 million ($216 million) to its equal-opportunities program for universities, with the aim of eventually creating 200 additional posts for highly qualified female academics. Each post will be funded for five years -- to the tune of €150,000 a year -- with the federal government and the states splitting the costs between them. In the first of two rounds, a 15-member jury selected 79 successful universities out of a total of 113 bids, which represented around a third of all German universities.
 
To secure the funding, the universities had to submit plans that proved that they wanted get more women into top academic positions by changing the structures at the university in a long-term and sustainable way. Universities from 15 of the 16 German federal states secured the funding. All five applications from the state of Saxony were turned down, while both Berlin and Hesse had all of their applications approved.
 
Announcing the results of the selection process on Wednesday, Schavan said the program was designed to "promote more excellent female researchers to top positions." She added that it should give young women "role models and motivation for their own academic careers," while "female talent in leading positions will give research and development a new boost."
 
smd -- with wire reports
 

AUTOBAHN STUNT ; Police Chase Skateboarding Daredevil

YouTube ; Police are looking for this guy.
 
Lots of people like to go fast on the autobahn. But police in Germany are now looking for a skateboarder who hit 100 kilometers per hour on a stretch of motorway near Stuttgart. The stunt came to their attention via a video posted on YouTube.
 
The video seems like it could come straight out of a Jackass sequel. A helmeted man in a black and red bodysuit tears along the Ulm-Stuttgart autobahn in southern Germany -- on a skateboard. Click replay on YouTube and he does it again, accelerating by holding on to the back of a motorcycle before letting go and bombing down a steep hill at speeds of over 100 kilometers per hour (60 mph).
 
But it's not just thrill-seeking desk jockeys who have been repeatedly clicking into the video. German police have also taken an interest. And they are tying to track down the skateboarder with the help of the movie and fine him for breaking motorway laws and for endangering motorists.
 
According to a report in the Stuttgarter Nachrichten, the video -- filmed largely by a cameraman sitting on the back of the motorcycle but which also includes shots from numerous chase cars and what seems like a camera in the skateboarder's helmet -- appeared online in June. The police didn't become aware of it until weeks later. The stunt was broadcast by German television networks on Wednesday, once the media learned of it.
 
Many German autobahns have no speed limits, but the skateboarder picked a stretch in Göppingen, near Stuttgart, with a speed limit of 80 kilometers per hour. Police are looking to slap a speeding fine on the skateboarder, who they believe is professional stuntman.
 
"We put out an all-points bulletin and have received information that gives us useful clues as to who the man may be," Goeppingen police spokesman Uli Stöckle told Reuters. "We are particularly concerned about copycats who may imitate the stunt, putting their lives at risk."
 
When asked by SPIEGEL ONLINE to confirm a report that police had managed to find one of the cars that accompanied the stunt, Stöckle had no comment. The official world record for skateboard speediness -- excluding those who have rocketed along while holding on to motorcycles and other vehicles -- is held by Gary Hardwick, according to the Guiness Book of World Records. Hardwick hit a downhill speed of 62.55 miles per hour during a race in Arizona.
 
rbn -- with wire reports

31/08/08

Anak Penambal Ban Kalahkan Anak Jenderal Untuk Masuk Akpol

Semarang, (ANTARA) - Punya ayah berpangkat jenderal ternyata bukan jaminan untuk bisa masuk Akademi Kepolisian (Akpol). Seorang anak jenderal tidak berhasil masuk Akpol pada tahun ini sedangkan anak seorang penambal ban lulus tes dan jadi taruna.
 
"Tahun ini anak Kapolda (berpangkat jenderal) tidak lulus, sedangkan anak seorang penambal ban di Cengkareng (Tangerang, Banten) lulus," kata Deputi Sumber Daya Manusia Kapolri, Irjen Pol Bambang Hadiyono di Kampus Akpol, Kota Semarang, Senin.

Hadiyono mengatakan hal itu saat memimpin proses penghitungan nilai ujian akhir dalam sidang penerimaan taruna Akpol secara terbuka.

Menurut Hadiyono, proses seleksi taruna yang berlangsung secara terbuka itu akan memberikan kesempatan kepada semua warga negara tanpa memandang latar belakang orang tua.

Tahun 2007, katanya, keponakan Ketua Komisi III DPR Trimedya Panjaitan tidak lulus, padahal saat itu Trimedya hadir sebagai anggota DPR dan ikut mengawasi proses penghitungan nilai.

"Keponakan saya sendiri juga tidak lulus pada tahun 2007 lalu," kata Hadiyono.

Ia menyatakan, proses seleksi taruna melibatkan pengawas eksternal antara lain dari Dinas Kependudukan, Dinas Pendidikan, Komisi Kepolisian Nasional, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), kalangan perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Nilai setiap tahapan ujian langsung diberikan kepada peserta seleksi dan mereka dapat mengadu ke panitia jika ada nilai yang berubah.

Untuk soal tes akademik tertulis, polisi membuat ratusan soal lalu dipilih 100 soal secara acak dan 100 soal itu disimpan oleh LSM dan provos.Soal ujian disimpan dalam brankas yang kuncinya dipegang oleh LSM dan provos.

"Kami tidak tahu, soal nomor satu itu apa. Nomor dua apa karena mereka yang menyimpan," katanya.

Tes akademik tertulis di tingkat daerah juga sama yakni soal dibuat Mabes Polri lalu disimpan dalam CD yang diberi kata kunci (password) tidak diberikan ke panitia daerah.

"Satu hari sebelum tes akademik, kata kunci baru diberi lalu soal digandakan dengan pengawasan dari pihak luar," ujarnya.

Beberapa orang tua taruna mengaku tidak mengeluarkan uang sama sekali dalam seleksi taruna.

Sriyono, sopir bus "Sri Mulyo" jurusan Solo - Purwodadi menyatakan, dirinya tidak mengeluarkan uang agar anaknya Agus Santoso diterima sebagai taruna.

"Betul-betul tidak ada. Penghasilan saya kan hanya Rp60 ribu per hari," katanya.

Pokorasmin, seorang penjual roti panggang asal Bandung mengaku tidak tahu menahu soal uang."Tidak tahu soal itu. Dia (anak saya) daftar sendiri. Dia juga tidak pernah minta uang ke saya," ujarnya.

Doni Agung, anak Komandan Pangkalan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta, Marsekal Pertama TNI Hadi Mulyono juga masuk ke Akpol tanpa membayar.Doni datang ke Akpol bersama ibunya, Ny Hadi Mulyono.

Perasaan haru menyelimuti sebagian orang yang hadir ketika Bambang Hadiyono memanggil orang tua bernama I Wayan Ngatak sebab anaknya, I Gede Lula Duarta diterima sebagai taruna. Duarta mengaku bapaknya tidak bisa hadir di kampus Akpol karena tidak ada ongkos.Orang tuanya hanya buruh bangunan.

(*)
COPYRIGHT © 2008
http://antara.co.id/arc/2008/8/25/anak-penambal-ban-kalahkan-anak-jenderal-untuk-masuk-akpol/

30/08/08

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Selamat menunaikan Ibadah Puasa
Mohon maaf atas segala kekurangan
 
Semoga Indonesia akan menjadi lebih baik lagi di masa depan
 
Salam
Newspaper Indonesia

Warga Padang Malamang Jelang Ramadhan

PADANG  -- Warga dipinggiran Kota Padang, Sumbar, tidak melupakan kegiatan "malamang" --membuat lemang dari beras ketan pada bambu seruas--, satu tradisi menjelang masuknya bulan puasa.
 
Sejumlah warga di Belimbing, pemukiman penduduk di pinggiran Kota Padang, terlihat membakar bambu tempat beras ketan yang diaduk dengan santan kelapa itu, pantauan ANTARA dipemukiman penduduk tersebut, Sabtu.
 
Kegiatan melemang, selain dua hari menjelang Ramadhan tiba, juga sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Kota Padang, serta sejumlah daerah di Sumbar, membuatnya pada bulan Maulid (bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, red).
 
Ny, Nurleli (40), satu dari warga Belimbing, ketika ditemui sedang memasak lemangnya, menuturkan, membuat lemang menjelang masuknya bulan puasa sudah menjadi tradisi secara turun temurun dipemukiman itu.
 
Meski kondisi ekonomi sulit, dampak tingginya harga kebutuhan pokok, tradisi membuat lemang tidak bisa dilupakan.
"Jadi lemang yang sudah dimasak, selanjutnya diantarkan ke rumah mertua sembari sambil minta maaf menjelang masuknya bulan puasa," katanya dan mengaku, sebagian warga mulai meninggalkan tradisi malamang.
 
Selain, mulai ditinggalkan sebagian warga, juga hanya sebagian kecil kalangan perempuan muda yang tahu cara membuat lemang itu. Sebenarnya, kata Nur, membuat lemang tidak terlalu sulit, bila sudah menguasai takaran bahan, seperti beras ketan, jumlah kelapa dan garam. Proses selanjutnya, cari buluh (bambu) sesuai kebutuhan dan dipotong, lalu dibersihan serta ambil daun pisang yang sudah dilayukan.
 
Fungsi daun pisang sebagai lapisan dalam bambu seruas yang telah dipersiapkan, selanjutnya dimasukan beras ketan yang sudah diaduk dengan santan kepala serta garam.
 
Setelah itu, tambah Nur, proses selanjutnya diletakan ada kayu sudah dipersiapkan dekat tumpukan api.
"Yang sulit itu, mematok takaran santan dengan garam dan beras ketan pada satu ruas bambu itu, serta bagaimana api," katanya dan menambahkan, bila takaran salah lemang ybisa tidak masak, akhirnya bisa berderai dan terlalu keras.
 
Guna melestarikan tradisi malalang di tengah masyarakat, pada 2007 Pemerintah Kota Padang, menggelar festival malamang di Pantai Padang.
 

Fotomodel Telanjang Buat Geram Menhan Peru

LIMA--Cara menyambut hari ulang tahun kemerdekaan bisa dengan berbagai cara, tapi jika bertelanjang ria, tentu yang datang adalah masalah, seperti yang terjadi di Peru.
 
Seorang perempuan fotomodel berpose tanpa busana dengan menunggang kuda, dan yang membuat negara itu heboh, yang digunakan sebagai sadel adalah bendera negaranya.
 
Foto itu muncul di halaman muka majalah DFarandula dan terbit menjelang hari ulang tahun ke-187 kemerdekaan Peru yang akan jatuh hari Senin. Salah satu negara di Amerika Latin itu adalah bekas jajahan Spanyol.
 
Foto itu memicu heboh politik sampai-sampai menteri pertahanan Peru angkat bicara.
 
"Ini adalah simbol-simbol patriotik yang harus dihormati sepenuhnya, dan jika dipergunakan dengan tidak pantas, maka ada hukumannya," kata Menhan Antero Flores kepada para wartawan sebagaimana diberitakan Reuters. "Ini penghinaan."
 
Flores telah memerintahkan jaksa mengusut kasus itu dan mengajukan dakwaan. Sang model terancam hukuman hingga empat tahun penjara jika terbukti menghindar simbol-simbol patriotik.
 
Sang model, Leysi Suarez, lebih dikenal sebagai penari band Alma Bella (Jiwa yang Indah). Dia berkomentar, fotonya adalah suatu yang patriotik. Jika foto seperti ini terjadi di Indonesia, entah heboh seperti apa yang muncul di masyarakat.
 
ant
()

Tak Ada Lagi Pasar Tumpah di Jalur Mudik

Teks Foto: Salah satu lokasi pasar tumpah di daerah Temanggung, Jawa Tengah.
 
PEMALANG -- Pemerintah akan berupaya meniadakan atau menghapus hambatan di jalur mudik pada angkutan lebaran tahun ini seperti pasar tumpah dan penarik sumbangan di jalan.
 
"Akan diupayakan, pasar tumpah di jalur mudik ditiadakan," kata Menteri Perhubungan, Jusman Syafii Djamal di sela Kunjungan Kerja di sejumlah daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Sabtu.

Menhub beserta rombongan selama lebih kurang empat hari melakukan Kunjungan Kerja di ke sejumlah daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah menggunakan moda Kereta Api (KA) dan bus.

Ketika melintas di lintas pantai utara Pemalang-Pekalongan, tepatnya di kawan Comal, Menhub melihat dari dekat proses peninggian dan pelebaran jalan dari tiga menjadi empat jalur dengan struktur beton setebal 50 cm. Menurut Jusman, upaya peniadaan pasar tumpah tersebut akan dibahas dan melibatkan pihak terkait pada 3 September 2008. "Keputusan dan opsinya akan diselesaikan dalam Rakor Angkutan Lebaran itu," kata Jusman.

Jusman mengatakan, opsinya adalah memberikan kesempatan kepada pemda masing-masing yakni mulai dari relokasi sementara, penjagaan oleh aparat secara "pagar betis" atau lainnya.

Sementara untuk penarik sumbangan di jalan, kata Jusman, relatif mudah dikendalikan. "Mereka cukup memahami dan menunda aktifitasnya hingga usai angkutan lebaran," katanya.

Data Departemen Perhubungan pada rencana operasi Angkutan Lebaran 2008, untuk lintas pantura Jawa Barat sedikitnya ada 24 titik rawan macet karena pasar tumpah.

Dari 24 titik itu, menurut Kasi Angkutan Ditjen Perhubungan Darat, Subroto Laras, sedikitnya ada tujuh titik pasar tumpah yang paling rawan macet karena lokasi pasar persis di bahu jalan kedua sisi.
Pasar itu yakni Pasar Losari, Pasar Gebang, Pasar Kertasemaya, Pasar Tegal Gubug, Pasar Patrol, Pasar Ciasem dan Pasar Sukamandi.

Sementara jalur mudik Jawa Tengah, sesuai paparan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo sehari sebelumnya (29/8) di hadapan rombongan Menhub Jusman, tidak hanya pasar tumpah tetapi juga lokasi pabrik di pinggir jalan. Sejumlah titik itu antara lain, Pasar Surodadi dan sejumlah pabrik yang tersebar di Pati, Kudus, Demak, Kota Semarang, Kendal, Batang, Wiradesa, Bumiayu, Sokaraja dan lainnya.

Pemudik motor
Pada bagian lain, Menhub Jusman berencana menerapkan manajemen trafik lalu lintas terhadap pemudik dengan sepeda motor yang tahun ini diperkirakan mencapai 2,5 juta motor. "Kalau tahun lalu, pemudik motor dikawal pada titik keberangkatan, maka tahun ini saat arus balik juga akan dilakukan," katanya.

Caranya, pemudik motor yang hendak kembali ke daerah asal pada arus balik, akan dikoordinasikan oleh petugas POLRI untuk berkumpul pada titik-titik tertentu di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Setelah berkumpul, mereka akan mendapatkan pengawalan dari kepolisian. "Ini untuk melindungi para pemudik motor yang memang paling rawan kecelakaan," kata Jusman. Namun, Jusman menghimbau kepada masyarakat untuk sebisa mungkin tidak mudik menggunakan sepeda motor. "Gunakan moda lain yang murah dan aman seperti Kereta Api," katanya.

Tahun ini, dari 2,9 juta penumpang KA saat mudik, sekitar 2,1 juta adalah kelas ekonomi yang tarifnya tidak naik. "Jakarta-Surabaya naik KA ekonomi masih Rp47ribu," katanya.

Data rencana operasi Angkutan Lebaran Dephub, tahun ini, total penumpang angkutan lebaran diperkirakan mencapai 15,7 juta pemudik yang menggunakan berbagai moda transportasi.

Dari jumlah itu, sembilan juta diantaranya adalah lalu lintas angkutan darat yang terdiri pengguna bus 6 juta dan tiga juta lainnya adalah penyeberangan, serta sepeda motor 2,5 juta unit.
Kemudian, untuk Kereta Api, total penumpangnya mencapai 2,9 juta, 1 juta laut dan sisanya 1,8 juta adalah penumpang angkutan udara.
 
(ant/ah)
(ant)
()
http://republika.co.id/launcher/view/mid/19/news_id/6478

Pemerintah Swiss Tentang Larangan Menara Masjid

JENEWA —  Pemerintah Swiss menegaskan kembali pada 27 Agustus lalu, jika kampanye yang dilakukan kelompok ultra kanan, Partai Rakyat Swiss (SVP) untuk melakukan referendum tentang pelarangan mendirikan menara masjid di Eropa Tengah, merupakan tindakan diskriminasi dan inkonstitusional.

foto : Masjid akbar Petit-Saconnex di Swiss dengan menara--bagian bangunan yang dipermasalahkan di Swiss (corbis.com)
"Inisiatif populer menentang konstruksi menara masjid telah dimasukkan berkaitan dengan kebijakan aplikatif tapi bertentangan dengan jaminan hak asasi internasional dan kontra dengan nilai utama dari Undang-Undang Negara Swiss," begitu pernyataan pemerintah seperti yang dikutip oleh kantor berita Reuters.

SVP yang menyebarkan kampanye tersebut telah mengumpulkan 113.540  tanda tangan, jumlah yang cukup untuk memaksa pungutan suara nasional terhadap pelarangan menara masjid. Menurut undang-undang Swiss, elektorat dapat meminta pungutan suara resmi jika mampu mengumpulkan 100.000 tanda tangan dari pemilih yang telah ditentukan layak, untuk inisiatif undang-undang baru.

Proposal menara itu telah didiskusikan oleh parlemen sebelum dilakukan pemungutan suara populer dan proses tersebut akan memakan waktu beberapa tahun. Pemerintah menghimbau kepada parlemen untuk merekomendasikan ''tidak'' pada pungutan suara, karena berlawanan baik dengan konvensi hak asasi PBB maupun yang berlaku di Eropa.

Pemerintah juga mengingatkan akibat dari menyetujui pelarangan tersebut. "Proposal tersebut sama sekali tidak mencerminkan cara tepat untuk mencegah dan melawan kekerasan yang menjadi bagian dari kelompok ekstrim fundamentalis," ujar pemerintah.

SVP sendiri yang mengaku berkampanye untuk melindungi nilai-nilai Kristiani menuding jika menara masjid ialah simbol kekuatan dan mengancam tatanan undang-undang di Switzerland.

Kini ada dua masjid yang memiliki menara di negara Eropa Tengah tersebut, masing-masing di Jenewa dan Zurich. Namun sering kali panggilan untuk ibadah sholat tidak dikumandangkan lewat menara-menara tersebut. Kabinet juga mengatakan jika pelarangan itu akan merusak citra Swiss di mata dunia.

"Ini akan menghasilkan dampak negatif bagi keamanan fasilitas dan menurunkan daya tarik perekonomian di Swiss,".  Saat ini jumlah warga Muslim mencapai 350.000 orang dari total populasi penduduk sebesar 7,4 juta jiwa. Islam menjadi agama terbesar kedua di Swiss setelah Nasrani.

/it
()
http://republika.co.id/launcher/view2/mid/161/news_id/6210

29/08/08

Indehoi, Anggota TNI Pasuruan Diciduk

PASURUAN - Razia anti maksiat yang digelar Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) kota Pasuruan Kamis 28 Agustus malam secara tidak sengaja menciduk seorang oknum TNI berinisial SR yang tengah berkencan dengan pasangan selingkuhnya.

Tentara berusia sekira 40 tahunan itu sempat diamankan oleh provos Pol PP dan sejumlah aparat kepolisian yang terlibat. Adu mulut sempat mewarnai aksi pengerebekan yang disaksikan sejumlah wartawan cetak dan elektronik.

Namun anggota TNI aktif yang diketahui merupakan anggota di salah satu koramil di Pasuruan dengan pangkat sersan kepala (Serka) tak dapat berkutik. Apalagi, dia tertangkap basah tengah berada di dalam kamar Hotel Nasional bersama wanita yang tidak ada ikatan perkawinan dengannya.

Penanganan atas tindakan indispliner anggota TNI tersebut kemudian diserahkan ke Kodim 0813 Pasuruan. Keributan kembali terjadi karena Markas koramil tempat SR berdinas yang tidak menginginkan aib tersebut mencuat. Akhirnya, Satpol PP yang tampaknya tidak mau berselisih dengan TNI akhirnya melepas SR.

Meski demikian, untuk mengkonfirmasi masalah ini ke Dandim 0813 Letkol Inf. Adam Pangeran Suseno sangat sulit. Sebab, saat dihubungi melalui telepon, Dandim tak dapat dihubungi.

Sementara Kepala seksi Trantib Pol PP Kota Pasuruan Purnomo tidak berkomentar soal penangkapan oknum tentara aktif tersebut. Namun, dia mengatakan operasi atau razia anti maksiat itu dilakukan sebagai upaya penertiban rutin menjelang datangnya bulan suci ramadhan.

Pada operasi yang dilakukan itu, selain menemukan pasangan selingkuh yang melibatkan aknum TNI AD, juga berhasil merazia pasangan yang bukan suami-istri di Hotel Pasuruan.

Operasi ini sendiri menyidak semua hotel yang ada di Kota pasuruan. Di mulai dari Hotel Pasuruan, Hotel Nasional, Hotel BJ Perdana, Hotel Karya Bakti, dan Hotel Semeru Park.
 
(Destyan Soejarwoko/Sindo/enp)

Bos Kontraktor Menara RCTI Jadi Tersangka

Jum'at, 29 Agustus 2008 | 17:59 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:Kepolisian Resor Jakarta Barat resmi menetapkan pengawas di PT Rohn Product International, Tuan W, sebagai tersangka. Dia dijerat pasal 359 KUHP tentang kelalaian yang menyebabkan hilangnya nyawa.

"Dia sudah memenuhi unsur sebagai tersangka, dan langsung kami tahan," kata Kepala Kepolisian Resor Jakarta Barat Komisaris Besar Iza Fadri pada Tempo di kantornya, Jumat (29/8).

Menurut Iza, penyidik menetapkan W sebagai tersangka berdasar keterangan saksi-saksi dan bukti di lokasi kejadian, yang masih diberi garis polisi. Tuan W adalah pimpinan proyek kontraktor PT Roh yang ditunjuk RCTI. Selain PT Roh, RCTI juga menunjuk konsultan untuk mengawasi kontraktor. "Kami lihat yang paling bertanggungjawab di operasional. Arahnya (pemeriksaan) ke sana," kata Iza. Secara yuridis, kata Iza, yang bertanggungjawab adalah kontraktor.

Saat gondola jatuh, ada lima pekerja di dalamnya, alat pemberat dan alat-alat kerja. Penyidik menanyai pula akademisi sebagai saksi ahli untuk menerangkan penyebab jatuhnya gondola. "Apakah karena kelebihan beban atau alat tak memadai," kata Iza. Penyidik juga harus memastikan spesifikasi sling baja penahan gondola.
 
IBNU

28/08/08

Pramono: Pertemuan FPDIP dan Miranda untuk Ketahui Visi-Misi

Muhammad Nur Hayid - detikNews
 
Jakarta - Sekjen DPP PDIP Pramono Anung membenarkan adanya pertemuan antara anggota FPDIP di Poksi IX dengan Miranda Goeltom di Hotel Dharmawangsa beberapa hari sebelum pemilihan deputi gubernur senior Bank Indonesia (BI) pada Juni 2004.

Namun pertemuan itu semata-mata untuk mengetahui visi dan misi Miranda dalam mengatasi persoalan perbankan terutama BI tanpa ada transaksi apa pun.

"'Wajar pertemuan itu (dengan Miranda) dilakukan sebagai perkenalan anggota Poksi IX dengan Miranda. Pertemuan itu berlangsung secara terbuka, tidak ada hal yang ditutup-tutupi. Tidak benar dalam pertemuan itu ada hal yang bersifat transaksional,'' kata Pram.

Hal ini disampaikan Pramono usai peluncuran nomor urut PDIP 28 di kantor DPP PDIP Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (28/8/2008).

Pramono membenarkan bahwa pertemuan antara anggota FPDIP dan Miranda itu dipimpin oleh Panda Nababan. Namun pertemuan itu merupakan pertemuan biasa yang selalu dilakukan FPDIP jika akan menentukan calon-calon yang diputuskan di DPR seperti KPU, Bawaslu, KPK dan Gubernur BI,

"Pertemuan itu dipimpin oleh Panda Nababan. Pertemuan itu biasa, seperti ketika hendak memilih Ketua KPK, PDIP juga melakukan hal sama. Kita kumpulkan seluruh anggota poksi, Partai ini punya aturan main untuk memilih mereka,'" terang Pramono.

Pramono mengaku tak tahu menahu jika sekarang diberitakan pertemuan dengan Miranda itu ada bagi-bagi duit. Pramono juga mengaku tidak mengetahui mengenai adanya money politics. "Saya tidak mendapatkan laporan tentang masalah tersebut. Tapi pertemuannya memang ada,"' pungkas mantan anggota DPR ini.

Pertemuan 10 hingga 11 anggota FPDIP DPR dari Komisi IX itu diungkapkan oleh Agus Condro. Agus juga menghadiri pertemuan itu, namun dia hanya ingat 8 nama. Agus menyatakan, pertemuan itu dipimpin oleh Miranda dan menyiratkan komitmen anggota FPDIP memilih Miranda.

Beberapa pekan setelah terpilih sebagai deputi gubernur senior BI, menurut Agus Condro, dia mendapatkan cek perjalanan Rp 500 ribu. Cek yang sama juga diterima sejumlah koleganya. Namun semua nama yang menurut Agus menerima cek itu, menyangkal omongan Agus.

Agus bahkan dihukum PDIP dengan dicoret dari daftar caleg karena dianggap bersalah menerima cek. Sedangkan nama-nama yang disebut Agus tetap menjadi caleg karena PDIP menggunakan azas praduga tak bersalah.

(yid/nrl)
http://www.detiknews.com/read/2008/08/28/152151/996313/10/pertemuan-fpdip-dan-miranda-untuk-ketahui-visi-misi

27/08/08

Arctic ice at second-lowest level ever

WASHINGTON (AP) -- New satellite measurements show that crucial sea ice in the Arctic Ocean has plummeted to its second-lowest level on record.
 
Arctic ice always melts in summer and refreezes in winter. But more and more ice is being lost and not recovered.
 
The National Snow and Ice Data Center in Boulder, Colorado, announced Wednesday that the extent of sea ice in the Arctic is down to 2.03 million square miles. The lowest point on record is 1.65 million square miles set last September. With about three weeks left in the melt season, the record may fall, scientists say.
 
Arctic ice always melts in summer and refreezes in winter. But over the years, more and more of the ice is lost to the sea and not recovered in winter. That's important because the Arctic acts as a refrigerator for the globe.
 

Dead Sea Scrolls go from parchment to the Internet

JERUSALEM (CNN) -- More than 2,000 years after they were written, the Dead Sea Scrolls are going digital as part of an effort to better preserve the ancient texts and let more people see them than ever before.
 
The high-tech initiative, announced Wednesday, will also reveal text that was not visible to the naked eye.
 
Over the next two years, the Israel Antiquities Authority will digitally photograph and scan every bit of crumbling parchment and papyrus that makes up the scrolls, which include the oldest written record of the Bible's Old Testament. The images eventually will be posted on the Internet for anyone to see.
 
"These are the earliest copies of the Bible ever found," said Pnina Shor, head of treatment and conservation at the Antiquities Authority.
 
"The Bible is sacred to us and to you and to all the monotheistic religions, and therefore [the scrolls] are national treasures and world treasures, and therefore it is our duty to preserve them at least for 2,000 years more."
 
It is widely believed that the first set of Dead Sea Scrolls was discovered in 1947 by a Bedouin shepherd who ventured into a cave in the Judean Desert in search of a lost sheep or goat. The texts were found wrapped in linen inside earthenware jars.
 
Eventually, 11 caves were found to contain scrolls, some dating more than 2,000 years. The texts shed light on life in the Holy Land around the time of Jesus, in the early days of Christianity and at a time of great upheaval for the Jewish people.
 
"They show the connection between Christianity, Judaism and how everything evolved from the God -- the God is one God," Shor said. "The scrolls are meant to bring us all together."
 
The thousands of scroll fragments were photographed in their entirety only once, in the 1950s, but some of those images have themselves disintegrated, the Antiquities Authority said. For years, there have been complaints that only a handful of scholars have been able to examine the scrolls, The Associated Press reported. Now, Israel has assembled an international team not of archaeologists and linguists but technical wizards to reveal them as never before.
 
Their imaging of the extremely brittle scrolls will allow people to read scores of fragments that were blackened or erased over the years.
 
"Just by applying the latest infrared technologies and shooting at very high detail, lots of resolution, we are already opening up new characters from the scrolls that are either extremely indistinct or you just couldn't see them before," said Simon Tanner, director of King's Digital Consultancy Services.
 
Tanner, who has worked on previous digital projects involving antiquities, is on a team that also includes Greg Bearman, who recently retired as principal scientist with NASA's Jet Propulsion Laboratory. Bearman pioneered archaeological digital imaging and owns a company, Snapshot Spectra, that makes the imagers.
 
"To switch over to digital is really the way to go, and people were resistant to it initially, because it was a new way of doing stuff," he said. "They want their light table and their magnifying glass." But with digital imaging, Bearman said, "You can see where the ink has broken away and you can see the texture of the animal skin, so you can see more detail than you can see with the naked eye."
 
Another benefit of the imaging process, Bearman said, is that it enables scientists to determine the amount of water present in the parchment.
 
That will help authorities determine whether the parchment is too wet or too dry, and enable them to keep the scrolls in conditions that are perfect for conservation. Americans who want an even closer look at the texts will be able to do so next month, when six of the scrolls will go on exhibit at the Jewish Museum of New York, according to The New York Times.
 
CNN's Ben Wedeman contributed to this report.

Ruki Ingatkan KPK Tak Ragu Tetapkan Aulia Pohan Tersangka

Rabu, 27 Agustus 2008 | 15:51 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta: Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Taufiqurrahman Ruki, meminta KPK  tak ragu menetapkan mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia Aulia Pohan sebagai tersangka. Syaratnya, KPK  harus memiliki bukti yang cukup.  "Kalau memang penyidik merasa buktinya cukup, harusnya segera ditetapkan," kata Ruki di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (27/8).

Ruki mengingatkan, kecukupan bukti di mata masyarakat berbeda dengan penyidik. Ia mengaku selalu mengingatkan penyidik KPK  untuk mengumpulkan bukti lebih dari dua. Menurut Ruki, penyidik juga berhati-hati dalam mengumpulkan bukti. "Kalau sampai orang yang ditetapkan sebagai tersangka bebas, kredibilitas KPK bisa hancur," katanya. Ruki sendiri  belum mengetahui kecukupan bukti yang dimiliki KPK.

Ia  menduga, saat ini KPK  masih mengumpulkan bukti keterlibatan orang-orang yang diduga ikut menikmati  aliran dana Bank Indonesia. Soal penangkapan orang-orang itu, "Ini menjadi bagian dari proses."

Komisi Pemberantasan Korupsi telah beberapa kali memeriksa besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu.  Pemeriksaan terkait  kasus dugaan korupsi aliran dana Bank Indonesia ke anggota Parlemen. Aulia juga telah hadir dalam persidangan dengan terdakwa mantan Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Dalam kesaksiannya, Aulia mengakui adanya pengeluaran dana dari Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia sebesar Rp 100 miliar.

Menurut Ruki, Komisi tak mungkin diitervensi oleh pemerintah dalam mengungkap kasus aliran dana Bank Indonesia. "Kalau ada intervensi, seharusnya dari dulu, sejak  saya menjabat," katanya. Ruki menilai, saat ini KPK  bekerja cukup baik dan berada di jalur yang benar. KPK, kata dia, sudah memiliki teknologi dan sumber daya yang memadai dalam mengungkap kasus korupsi.
 
Pramono

UU ITE ; Email dan SMS Bisa Dijadikan Barang Bukti

Semarang, 27 Agustus 2008 15:04
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) memudahkan penindakan terhadap kasus kejahatan dunia maya atau cybercrime, karena saat ini email atau pesan pendek (SMS) bisa menjadi barang bukti.

Kepala Unit IT dan Cyber Crime Bareskrim Polri, Kombes (Pol) Petrus R Golose di sela-sela acara Sosialiasi UU ITE di Semarang, Rabu (27/8), mengatakan, dengan adanya UU tersebut, sangat membantu karena sebelumnya email maupun SMS hanya bisa menjadi petunjuk saja. "Isi flash disk, hard disk, atau yang lain bisa jadi alat bukti," katanya.

Petrus mengatakan, saat ini untuk menindak kejahatan dunia maya misalnya transaksi bisnis lewat internet, merusak sistem, mencuri password, bisa ditindak dengan UU ITE.

Sebelum ada UU ITE, menurut Petrus, untuk bisa menjadikan barang bukti, isi dari flash disk perlu dicetak. Seperti contoh, untuk flash disk berkapasitas 1 giga byte bisa jadi lembaran kertas satu truk. "Bayangkan saja jika isinya (flash disk) puluhan giga byte," katanya.

Petrus menceritakan, dirinya pernah berhubungan dengan kejaksaan saat memproses pelaku kejahatan dunia maya dan untuk melengkapi bukti, jaksa membawa seisi gudang. Padahal, jika menggunakan data digital, bukti tersebut hanya beberapa giga byte saja.

Saat ini, diakuinya, sebagian besar petugas tidak begitu menguasai dunia digital, sehingga tidak semuanya bisa menangani masalah tersebut. Kepolisian kesulitan menindak karena minimnya SDM ahli.
 
[TMA, Ant]

Menakertrans Luncurkan Slogan "Ayo PHK"

Jakarta, 28 Agustus 2008 09:50
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Erman Suparno meluncurkan slogan "Ayo PHK", guna mendorong para pengangguran mencari kerja apa saja, asal halal.

Siaran pers Depnakertrans di Jakarta, Rabu, menyebutkan di Yogyakarta Erman meluncurkan slogan PHK itu dengan pengertian berbeda.

PHK biasanya digunakan untuk singkatan pemutusan hubungan kerja, maka di Yogyakarta istilah itu diubah menjadi "Pokoknya Harus Kerja". Jadi, Ayo PHK mengandung arti Ayo, pokoknya harus bekerja.

Slogan itu diluncurkan untuk menggugah kaum muda berusaha mencari kerja, apa saja, yang penting halal. Secara umum penggunaan slogan itu merupakan salah satu upaya mengentaskan pengangguran dan kemiskinan.

Menakertrans menyatakan hal itu dilakukan untuk memberikan motivasi, mendukung dan mendorong anggota masyarakat yang masih belum bekerja atau menganggur agar lebih bersemangat dalam berusaha mencari pekerjaan yang layak.

Menakertrans mengharapkan kepada masyarakat yang masih menganggur untuk senantiasa berusaha, berupaya keras dan pantang menyerah dalam mencari pekerjaan.

"Dari pada terus menyandang `gelar` penganggur, lebih baik masyarakat secepatnya bisa bekerja di bidang apapun, asalkan itu merupakan pekerjaan yang halal, tidak merugikan orang lain dan memberikan manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya," kata Erman.

Dengan semangat "Ayo PHK", kata Erman, pemerintah, masyarakat dan dunia usaha menyatukan komitmen bersama dan bersinergi untuk membangkitkan semangat untuk membangun negeri.

Di Yogyakarta, tepatnya di Gunung Kidul, Makertrans menyerukan kepada pemerintah daerah dan masyarakat sertempat untuk memanfaatkan secara optimal bantuan yang diberikan Pemerintah.

Bantuan yang didapatkan harus bisa memberikan dampak nyata dan perubahan yang lebih baik dalam pembangunan daerah dan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Bila hal ini dilaksanakan dengan baik, maka upaya pemerintah dalam mengentaskan pengangguran dan kemiskinan di Indonesia bisa segera terwujud," katanya.

Untuk mengatasi pengangguran Depnakertrans melakukan Gerakan Penanggulangan Pengangguran (GPP).

Provinsi DI Yogyakarta pada tahun 2008 mendapat alokasi dana sebesar Rp22.748.885.600 dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 15.000 orang. Alokasi dana Program Aksi GPP untuk mendukung program Ketenagakerjaan dan ketransmigrasian itu terdiri dari dana tugas perbantuan sebesar Rp 10.151.400.000, dana dekonsentrasi sebesar Rp10.221.232.000 serta bantuan langsung dari Menakertrans sebesar Rp2.376.253.600.

Dana ini dialokasikan untuk mendukung berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat yang meliputi kegiatan padat karya infrastruktur dan produktif, tenaga kerja mandiri, tenaga kerja pemuda mandiri profesional, penerapan teknologi tepat guna, kewirausahaan, "job fair", subsidi program pelatihan keterampilan, serta peningkatan kemampuan dan keterampilan masyarakat melalui subsidi program pelatihan.

Menakertrans mengharapkan GPP tidak hanya berhenti sampai pada pelaksanaan program aksi semata, tetapi diharapkan menjadi sebuah tahapan perjuangan yang lebih besar, yaitu dimulainya gerakan masyarakat Yogyakarta untuk mewujudkan budaya kerja (workfare) menuju manusia Indonesia yang produktif.

Selain itu, dibutuhkan kerjasama yang erat antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah serta kalangan dunia usaha agar secara bersama-sama melakukan perluasan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat, menciptakan iklim usaha yang kondusif serta terjalinnya hubungan yang harmonis antara pengusaha dan pekerja.

Dalam rangkaian kegiatan Program Aksi GPP, Menakertrans menyerahkan pula bantuan Mobil Tanggap Darurat, bantuan Beasiswa untuk anak buruh berprestasi dari PT Jamsostek, bantuan ternak, bantuan subsidi program sebanyak 23 paket, serta melakukan pelepasan tenaga kerja AKAD.

Dalam kunjungan kerjanya, direncanakan Menakertrans akan melakukan peninjauan ke Peternakan Kambing PE di Desa Ngawu, Kecamatan Playen, Kabupaten Wonosari.
 
[TMA, Ant]

25/08/08

Tiga Karung Beras

Ini adalah makanan yang tidak bisa dibeli dengan uang. Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggalah ibu dan anak laki-lakinya untuk saling menopang.
 
Ibunya bersusah payah seorang membesarkan anaknya, saat itu kampung tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak.
 
Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas. Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja disawah.
 
Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa kekantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibuya tidak mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras tersebut. Dan kemudian berkata kepada ibunya: " Ma, saya mau berhenti sekolah dan membantu mama bekerja disawah". Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata : "Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah senang sekali tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama sudah melahirkan kamu, pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah nanti berasnya mama yang akan bawa kesana".
 
Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan kesekolah, mamanya menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya. Sang anak akhirnya pergi juga kesekolah. Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh. Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya datang kekantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya.
 
Pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata : " Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat penampungan beras campuran".
 
Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.
 
Awal Bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk kedalam kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata: "Masih dengan beras yang sama". Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata : "Tak perduli beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna.
 
Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya".
 
Sang ibu sedikit takut dan berkata : "Ibu pengawas, beras dirumah kami semuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata : "Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam- macam jenis beras". Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.
 
Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali kesekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: "Kamu sebagai mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu !".
 
Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata: "Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis". Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk diatas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak.
 
Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata: "Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi."
 
Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya. Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi kekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan kembali kekampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan kesekolah.
 
Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata: "Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu." Sang ibu buru- buru menolak dan berkata: "Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini."
 
Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam- diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Setelah Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi qing hua dengan nilai 627 point.
 
Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk diatas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras.
 
Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah. Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata : "Inilah sang ibu dalam cerita tadi."
 
Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang sangat luar biasa untuk naik keatas mimbar.
 
Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat kebelakang dan melihat gurunya menuntun mamanya berjalan keatas mimbar. Sang ibu dan sang anakpun saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan berkata:
 
"Oh Mamaku..................
 
Sumber :
- Internet bebas
- gambar ilustrasi, sumber: maul-keren.blogspot.com
- music : iwan fals (tanpa ijin)

24/08/08

Layanan Paspor ; Sistem Baru Kok Bikin Mandek

Pekan silam adalah hari-hari menjengkelkan bagi Endang Sulistyo. Penjual jasa layanan pembuatan paspor ini stres lantaran paspor klien yang diurusnya tak juga selesai, meski sudah setengah bulan. Saban hari, ia mendatangi Kantor Imigrasi Kelas I Jakarta, menanyakan ihwal paspor yang dipesankannya itu.

Ia juga rajin memelototi layar monitor yang memajang nama-nama orang yang paspornya telah siap. Tapi nama sang klien tak juga nongol. Padahal, sang klien, yang akan menjenguk ibunya di rumah sakit di Singapura, sudah meneleponnya berulang kali, menanyakan soal paspor dimaksud. "Saya benar-benar pusing," ujarnya kepada Gatra, Jumat pekan silam.

Tak hanya Endang yang kelimpungan. Diperkirakan, puluhan ribu pemohon paspor di Tanah Air --terbanyak dari kalangan TKI-- mengalami nasib serupa. Di Surabaya, ribuan pemohon paspor bahkan tak mendapatkan pelayanan pada pekan terakhir Juli lalu. Petugas imigrasi di sana mengaku tidak bisa bekerja karena teknologinya belum bisa terhubung dengan Jakarta.

Ihwal mandeknya pelayanan paspor ini tak lepas dari diluncurkannya sistem penerbitan surat perjalanan RI (SPRI) oleh Direktorat Jenderal Imigrasi, Departemen Hukum dan HAM, 28 Juli lalu. Sistem ini menyempurnakan model lama, sistem photo terpadu berbasis biometrik (SPTBB), yang mengandalkan identitas diri dan sidik jari.

Pada sistem baru ditambahkan lagi dengan sidik wajah (facial recognition). Menurut Menteri Hukum dan HAM, Andi Mattalatta, pada sistem lama masih ada kelemahan. "Identitas bisa berubah kalau salah tulis. Sidik jari bisa buntung kalau kecelakaan. Karena itu, perlu ditambah dengan back-up lain, yaitu facial recognition atau pengenalan wajah," katanya kepada wartawan.

Persoalan muncul lantaran perubahan itu terkesan tidak dipersiapkan secara matang. Misalnya, sistem koneksi di daerah belum terhubung dengan pusat. Juga banyaknya petugas imigrasi yang belum menguasai pengoperasiannya. Di Kantor Imigrasi Kelas IA Palembang, misalnya, peralatan baru di ruang pelayanan hanya menjadi pajangan.

Dokumen yang dikirim selalu dikembalikan karena sistem online belum jalan. Akibatnya, itu tadi, pelayanan jadi mandek. Padahal, biasanya dapat melayani pembuatan 50-60 paspor. Ini diakui Kepala Kantor Imigrasi Kelas IA Palembang, Syamsul Alam. "Beberapa hari ini memang ada keterlambatan karena sistem dari Jakarta macet," kata Syamsul, pekan lalu, kepada Noverta Salyadi dari Gatra.

Pantauan wartawan Gatra, kemandekan juga nyata di sejumlah kota seperti Yogyakarta dan Balikpapan. Malah di Kantor Imigrasi Pontianak, Kalimantan Barat, sempat terjadi anarki. Ratusan pemohon yang kecewa melampiaskan amarahnya dengan memaki petugas dan memecahkan kaca.

Mandeknya pelayanan paspor itu mengundang kegeraman Aulia Rahman, anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Golkar. Aulia menilai, persoalan itu muncul lantaran PT Berca Hardayaperkasa milik Murdaya Poo, selaku pemenang tender proyek senilai Rp 107 milyar, tidak mampu melaksanakan pekerjaannya dengan benar.

Kecaman lebih keras dilontarkan Rustam Effendi, anggota Komisi IX DPR. Ia prihatin melihat banyaknya TKI yang gagal berangkat ke luar negeri karena paspornya belum kelar. "Sudah selayaknya KPK melakukan pengusutan terhadap perusahaan yang menangani pembuatan paspor sistem baru ini," katanya.

Kasubag Humas Ditjen Imigrasi, Agato, menampik tudingan bahwa pelaksanaan sistem baru itu tidak siap. Katanya pula, tidak ada keterlambatan pekerjaan. Target pencapaian tahap pertama, kurun 28 Juli-15 Agustus sebanyak 69 unit kantor, kini sudah terlayani 80 unit. Soal kemandekan di daerah, Agato menganggapnya masih wajar. "Misalnya kita beli HP baru, ya, gaptek dikit-lah awalnya, tapi lama-lama juga lancar," katanya lagi.

Manajemen PT Berca belum mau bicara banyak. Melalui surat elektronik, Direktur Eksekutif PT Berca, Wendra Halingkar, mengatakan bahwa pihaknya masih berkonsentrasi dalam proyek itu.

Taufik Alwie, Anthony, dan Rach Alida Bahaweres
[Hukum, Gatra Nomor 41 Beredar Kamis, 21 Agustus 2008]
http://gatra.com/artikel.php?id=117784

Kyrgyzstan plane crash kills dozens

(CNN) -- A Iran-bound Boeing 737 with 90 people on board crashed Sunday near the airport in Kyrgyzstan's capital, Bishkek, killing dozens of passengers, a government official said.
 
The Boeing 737 crashed near the Bishkek airport in Kyrgyzstan on Sunday.
 
The six crew members survived the crash, Ramis Satybekov, an official from Kyrgyzstan's Emergency Situations Ministry, told CNN. While he didn't have exact figures, he said roughly 60 passengers were killed and more than 20 people injured were taken to local hospitals, he said.
 
Among the passengers was a Iranian airline representative, but his status was unknown, Satybekov said. Most of the 83 passengers were Iranian or Kyrgyz nationals. The crash happened near the U.S. military's Manas Air Base, which is helping with the emergency response.
 
Flight IRC6895 took off at 8:30 p.m., but turned around a few minutes later after experiencing "technical difficulties," a spokeswoman at Manas International Airport told CNN. The crash happened minutes later, said the spokeswoman, who would not give her name.
 
The Aseman Airlines flight, operated by Kyrgyzstan-based Itek Air, was bound for Tehran, Iran, an airport spokeswoman said. U.S. Air Force Maj. Damian Pickart said Kyrgyz authorities asked Manas Air Base for support shortly after the Aseman jet crashed about six miles off the runway.
 
"The 376th Air Expeditionary Wing provided two large fire trucks, an ambulance and nearly two dozen medical and fire and crash support personnel to the scene of the accident," according to a military news release.
 
"Medical personnel have also been requested to provide support at the Manas International Airport Terminal, which is adjacent to the base."
 
Manas is a key support base for the U.S.-led military operation in Afghanistan.
 

Parasite in Galápagos penguins prompts avian malaria fears

By Erica Gies
Published: August 19, 2008
 
 
Aparasite has been found in Galápagos penguins, raising fears among researchers that it could lead to avian malaria, a disease that contributed significantly to the 50 percent extinction rate of endemic birds in Hawaii.
 
The discovery resulted from a long-term study to monitor diseases in Galápagos birds, conducted by researchers from the University of Missouri, St. Louis, the St. Louis Zoo, Galápagos National Park, and the Charles Darwin Foundation.
 
Ulike Hawaii and other remote island archipelagos, the Galápagos, about 1,000 kilometers, or 600 miles, off Ecuador, retains 95 percent of its original species and all of its birds. "It's about the best record that exists on Earth," said Patty Parker, a professor of zoological studies at the University of Missouri, St. Louis, who discovered the parasite in the penguins.
 
Ninety-seven percent of the land is protected, and the surrounding waters make up one of the world's largest marine reserves. arker said the parasite was in the genus Plasmodium, which includes several malaria-causing species. The recently discovered parasite appears to be a new species and is so far unnamed.
 
The parasite was probably introduced by human activity, she said. Tourism has increased to 140,000 visitors in 2006 from 40,000 in 1990. That has drawn immigrants from mainland Ecuador who work in the tourist industry, driving the population to an estimated 30,000 from about 8,000 in 1990.
 
In 2007, the archipelago, a Unesco natural heritage site, was labeled "in danger" by the international body. The number of invasive insects arriving on the islands, presumably with the influx of people, has increased "exponentially," Parker said.
 
Recently introduced quarantines, which fumigate incoming passenger planes and the supplies of researchers headed for uninhabited islands, are encouraging to experts but not comprehensive. For example, there are no controls on private boats, and cargo ships are not treated the same as commercial tour ships.
 
Researchers do not yet know if the Plasmodium species in the penguins is a threat. The birds seem healthy. That could be because that particular Plasmodium species does not cause malaria. Or the parasite could be biding its time, waiting to proliferate in the penguins during periods of stress, like a food shortage, other disease or the rainy El Niño, which causes insect populations to explode.
 
Researchers are trying to determine what sort of mosquito is transmitting the parasite to penguins. In Hawaii, the culprit was Culex quinquefasciatus, a species of mosquito that arrived in the Galápagos in the mid-1980s.
 
The other possibility is Ochlerotatus taeniorhynchus, a mosquito that may be native to the archipelago. This species can also carry the parasite that causes malaria. Park managers would like to eradicate the guilty mosquito, and that may be possible with Culex because it needs fresh water to breed, a limited resource during the dry season. Ochlerotatus breeds in brackish water, however, which is found all over the islands, so eradication would be difficult.
 
Additionally, if the mosquito is native, it would be protected, said Dr. Virna Cedeño, director of the Fabricio Valverde Laboratory in the Galápagos. "It may not be as nice as a penguin," Cedeño said.
 
"But it would be a species to protect nevertheless."
 

Semarakkan HUT RI, PSK Kumpulkan Kondom Bekas

Waskito Andiyono - detikSurabaya
 
Opera PSK/Waskito A
Madiun - Semarak HUT RI ke-63 Kompleks Lokalisasi Wisma Harapan Wanita Gude di RT II Desa Teguhan Kecamatan Jiwan Madiun masih meriah.
 
Terbukti, digelar lomba kumpulkan bungkus kondom terbanyak yang dihibur sebuah opera. Tiap PSK akan diberi 1 kupon undian yang berhadiah teve dan lemari es. Dan ditukar dengan 10 bungkus aluminium kondom yang selesai dipakai melayani tamunya.

Selama acara berlangsung, dari 150-an PSK yang ada di Jiwan, PSK berinisial T (24) berhasil mengumpulkan mengumpulkan 250 bungkus kondom selama 2 bulan terakhir. Hal itu dilakukan mulai bulan Juni hingga Agustus ini.

"Ya senang ding dapat kupon terbanyak. Karena saya paling laris dong," jelas T dengan tertawa terbahak-bahak saat ditemui detiksurabaya.com di lokasi, Minggu (24/08/08).

Sementara secara terpisah Ketua LSM Bambu Nusantara, Andreanus menjelaskan, tujuan undian dengan menukar kupon dengan kondom yakni meningkatkan kesadaran para PSK agar menggunakan kondom saat melayani tamunya.

"Gagasan ini kita buat semata-mata untuk sosialisasi penggunaan kondom 100% di Lokalisasi Gude dalam menekan penyebaran HIV/AIDS di Madiun," kata Andre kepada detiksurabaya.com.

Andre menambahkan semenjak adanya pengumuman undian hadiah pengumpulan bungkus kondom, jumlah pemakai kondom di lokalisasi Gude mulai meningkat dan dalam 2 bulan terakhir telah terpakai 11 tibu kondom terhitung mulai bulan Juni hingga Agustus ini.

Dari pantauan detiksurabaya.com, acara tersebut diawali dengan opera tentang pewayangan Ande-Ande Lumut. Dalam kesempatan itu Ande-Ande Lumut memilih Klenting Kuning lantaran memberikan kondom. Sedangkan klenting lainnya tak memberikan kondom saat berhubungan seks.

(fat/fat)
http://surabaya.detik.com/read/2008/08/24/175018/993615/475/semarakkan-hut-ri-psk-kumpulkan-kondom-bekas
Custom Search