Custom Search

18/08/08

Pemilu ; Caleg Bening Idaman Partai

Jadwal pendaftaran calon anggota legislatif (caleg) Pemilu 2009 rupanya membuat partai peserta pemilu kelabakan. Tidak hanya partai baru, partai kawakan seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Golkar pun dibikin panik. Merasa tidak mampu memenuhi tenggat yang ditetapkan, yakni 14-19 Agustus, kedua partai itu buru-buru melayangkan surat ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Mereka meminta jadwal pendaftaran caleg diundur menjadi 19-31 Agustus 2008.

"Karena bersamaan dengan momentum HUT ke-63 Proklamasi RI dan pendeknya masa pendaftaran caleg," Irgan Chairul Mahfiz, Sekjen DPP PPP, berargumen. Menurut dia, persyaratan caleg juga membutuhkan waktu. "Kami yakin, parpol lain peserta pemilu juga mengharapkan hal yang sama," katanya.

Keyakinan Irgan itu ada benarnya, karena Partai Golkar pun meminta penundaan menjadi 18-25 Agustus. Rully Chairul Azwar, Wakil Sekjen DPP Partai Golkar, mengatakan bahwa pada saat ini pihaknya sedang melakukan seleksi caleg. "Selesainya kira-kira mundur sepekan dari jadwal KPU," ujarnya. Apalagi, menurut Rully, di antara rentang waktu jadwal KPU ada hari libur.

Menghadapi permintaan itu, KPU menggelar rapat pleno, Senin lalu. Hasilnya, KPU menolak permintaan pemunduran jadwal pendaftaran caleg. Abdul Hafiz Anshary, Ketua KPU, mengatakan bahwa KPU tidak akan memperpanjang waktu pendaftaran caleg Pemilu 2009. "Tidak ada pengunduran. Jadwal tetap," katanya usai pleno. Untuk mengantisipasi keberatan parpol karena ada libur, KPU tetap buka lapak meskipun libur.

Andi Nurpati, anggota KPU, menegaskan bahwa pendaftaran caleg ditutup pada 19 Agustus 2008 pukul 00.00 WIB. "Hari libur kami tetap buka. Ini supaya on time saja," tuturnya. Setelah pendaftaran, verifikasi administrasi dimulai 15 Agustus hingga 7 September 2008. Hasilnya disampaikan pada 16 Agustus hingga 9 September 2008. Bagi calon yang belum memenuhi syarat diberi kesempatan untuk melengkapinya.

Selanjutnya, KPU memang harus bekerja maraton. Hasil perbaikan diverifikasi pada 11-19 September 2008. Penyusunan dan penetapan daftar calon sementara (DCS), 12-26 September 2008. Kemudian pengumuman dan penyampaian tanggapan masyarakat atas DCS, 29 September hingga 9 Oktober 2008. Pengajuan penggantian DCS dijadwalkan pada 12-24 Oktober 2008. Penyusunan daftar calon tetap (DCT) pada 13-30 Oktober 2008, dan pengumuman DCT pada 31 Oktober 2008.

Selain ketatnya jadwal, persoalan yang dihadapi partai adalah kuota 30% perempuan. "Total caleg Golkar bisa memenuhi itu," kata Rully. Namun, jika kuota itu ditetapkan per daerah pemilihan (dapil), Golkar tidak bisa memenuhinya. Sebab, di setiap dapil, jumlah calegnya bervariasi, 3-10 caleg. "Yang 10 bisa menempatkan tiga caleg perempuan, tapi untuk yang satu dapil, tiga caleg itu yang susah," ujarnya.

Sebenarnya dari kader Golkar sendiri, jumlahnya cukup untuk mengisi kuota itu. Namun, untuk mendrop ke dapil-dapil, belum tentu akan mendongkrak suara. "Mungkin kalau calonnya dari DPP yang sudah cukup dikenal, akan bisa mendongkrak suara," katanya. Tapi, jika tak dikenal, menurut Rully, tidak akan menuai suara. Karena itu, tidak mungkin mendrop kader hanya untuk memenuhi kuota.

Repotnya, KPU menentukan bahwa kuota itu ditetapkan pada setiap dapil. Untuk Pemilu 2009, sebanyak 560 kursi DPR diperebutkan dalam 77 dapil. Proporsi kursi DPR yang diperebutkan di wilayah Jawa-Madura turun dibandingkan dengan Pemilu 2004. Dengan jumlah penduduk 58,5% dari penduduk Indonesia, Jawa-Madura mendapat jatah 306 kursi atau 54,6% dari total kursi DPR. Padahal, pada 2004, Jawa-Madura mendapat jatah 303 kursi (55%) dari total 550 kursi.

Rully tidak gentar atas sanksi yang akan dihadapi Golkar jika tidak memenuhi kuota 30% setiap dapil. "Sanksinya hanya moral. Yaitu diumumkan pada masyarakat bahwa partai ini tidak memenuhi kuota 30% perempuan," katanya sambil tertawa.

Pasal 27 d poin 2 peraturan KPU 18/2008 menyatakan, partai yang tidak memenuhi ketentuan 30% perempuan diwajibkan menyampaikan alasan tertulis kepada KPU. Dalih ini akan disampaikan kepada masyarakat setelah KPU menetapkan DCS. "Sanksinya hanya sanksi sosial," kata Endang Sulastri, anggota KPU. Menurut Endang, KPU tidak memiliki dasar ketentuan untuk menjatuhkan sanksi kepada parpol yang lalai.

Untuk memenuhi kuota itu, PPP mendekati organisasi kewanitaan. Ketua Umum DPP PPP, Suryadharma Ali, mengatakan bahwa pendekatan itu untuk mendapatkan caleg bermutu. "Kualitas tetap prioritas utama. Jadi, tidak boleh sembarangan," ujarnya. Organisasi perempuan yang diincar PPP adalah yang berbasis agama, seperti PP Muslimat NU dan Fatayat NU. "Untuk menjaga hubungan baik antara PPP dan NU," katanya.

Selain itu, PPP juga merekrut artis perempuan untuk mengatrol perolehan suara. Beberapa artis yang telah bergabung dengan PPP adalah Emilia Contessa, Marissa Haque, Ratih Sanggarwati, Okki Asokawati, Evie Tamala, dan Dewi Gita.

Strategi menggandeng caleg berwajah "bening" juga dilakukan Partai Damai Sejahtera (PDS) dan Partai Indonesia Sejahtera (PIS). PDS menggaet Bella Shapira, Tesa Kaunang, dan komentator sepak bola Ronny Pangemanan. Sedangkan PIS resmi mengusung "ratu dangdut" Elvi Sukaesih sebagai caleg. Selain itu, PIS juga mendekati komedian Tukul Arwana.

Jika partai lain berhasil menggaet caleg yang bening-bening, yang dialami Partai Amanat Nasional (PAN) justru kesulitan menggaet caleg perempuan. DPW PAN Sulawesi Selatan sampai menggelar jumpa pers untuk menyampaikan bahwa partainya membuka lowongan untuk caleg perempuan. Ketua Badan Pengendali dan Pemenangan Pemilu PAN Sulawesi Selatan, Doddy Amiruddin, menyatakan bahwa partainya masih membuka pendaftaran bakal caleg perempuan. "Persyaratannya tidak terlalu sulit," tuturnya.

PAN masih membutuhkan caleg perempuan untuk ditempatkan di daerah pemilihan Bone, Soppeng, dan Wajo (Bosowa). Persyaratan caleg perempuan di PAN minimal berijazah strata 1 dan diutamakan yang berpengalaman berorganisasi. Ada dispensasi khusus bagi caleg perempuan. "Kemudahan prosedur dan tidak dikenai biaya pendaftaran," katanya berpromosi.

Jika partai-partai lain aktif berburu artis, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tidak mau ikut-ikutan latah. Anggota Tim Pemenangan Pemilu PKS, Jazuli Juwaini, mengatakan bahwa PKS tidak merekrut artis untuk meraup suara pada Pemilu 2009. Namun tidak menolak jika ada artis yang bergabung. "Kami enggak mau mencari orang hanya untuk dimanfaatkan," ujarnya.

Artis Neno Warisman, yang tinggal sekompleks dengan Nur Mahmudi Ismail di Depok, Jawa Barat, dan disebut-sebut bakal menjadi caleg PKS, juga tidak masuk dalam daftar caleg. Menurut Jazuli, bukan berarti PKS menampik caleg dari artis atau dari mana pun. Yang penting, sejalan dengan tujuan partai, sekaligus menjunjung tinggi prinsip dan perjuangan PKS.
 
Rohmat Haryadi
Nasional, Gatra Edisi Khusus Beredar Kamis, 14 Agustus 2008]
http://gatra.com/artikel.php?id=117535

Asyik Bercumbu, 2 Gay Diciduk

PALEMBANG (Pos Kota) - Pasangan gay di Palembang sudah berani tampil dan bercumbu di depan umum. Akibat bercumbu di Benteng Kuto Besak (BKB), pasangan gay Dar ,36, dan As,26, diciduk anggota Satpol PP Kota Palembang.
 
Pasangan ini diciduk, saat dipergoki bercumbu di pinggir turap BKB, Minggu malam. Petugas Satpol PP yang tengah berpartroli mencurigai gerak-gerik keduanya dan langsung menangkapnya.
 
Kepada petugas seperti dikutip kompas.com, As mengaku baru tiga bulan kenal dengan Dar, pasangan gay. "Saya baru tiga bulan kenal dengan dia. Dan akhirnya kami memulai hubungan ini," ujarnya.
 
As mengaku melakukan perbuatan mesum itu karena terbawa suasana romantis sehingga keduanya larut dan nekat melampiaskan berahinya di tempat itu.
 
Kasat Reskrim Poltabes Palembang, Kompol Kristovo Ariyanto membenarkan telah menerima penyerahan pasangan gay yang di tangkap oleh anggota Polisi Pamong Praja Kota Palembang.
 
Kedua pelaku telah diperiksa secara intensif dan jika terbukti akan segera di proses sesuai hukum yang berlaku.
 
(*/rf/g)

Microsoft Berikan SAM untuk Dukung HKI

Oleh : A. Mohammad BS
 
Sebagai upaya mendukung dan menghormati hak cipta produk yang digelar Business Software Alliance (BSA), Microsoft Indonesia memberikan bantuan cuma-cuma berupa tools yang disebut Software Asset Management (SAM). Dukungan subsidi ini berlaku hingga tanggal 30 September 2008.
 
"Sebagai pemilik hak cipta, Microsoft selayaknya mendukung program pemerintah dan BSA untuk mengedukasi publik dalam penggunaan lisensi yang benar dan bagaimana melindunginya melalui berbagai program edukasi. Untuk itu kami mendorong para pelanggan kami agar dapat turut mensukseskan program ini karena berarti pelanggan akan turut memberikan kontribusi terhadap terciptanya industri Teknologi Informasi yang sehat dan penghargaan hak intelektual dari suatu karya. Dan penggunaan SAM merupakan cara terbaik bagi perusahaan untuk mendapatkan Piagam HKI," kata Tony Chen, Presiden Direktur PT Microsoft Indonesia.
 
Saat ini sudah ada 200 perusahaan di wilayah Jabodetabek yang telah memanfaatkan SAM. Dengan SAM, perusahaan dapat mengetahui mana piranti lunak yang telah memiliki lisensi dan mana yang jumlah lisensinya belum seimbang dengan jumlah PC serta memberikan kontrol secara penuh terhadap piranti lunak yang sebenarnya lebih dibutuhkan.
 
Dengan menggunakan SAM, perusahaan dapat mempermudah proses identifikasi, menekan biaya, dan meningkatkan kemampuan serta keamanan sistem. Proses identifikasi ini sebaiknya dilakukan secara rutin dan tidak perlu melakukan pembelian tool pada saat akan melakukan proses identifikasi. Beberapa perusahaan yang telah mendapatkan manfaat dari penggunaan SAM untuk proses identifikasi adalah PT YKK Indonesia dan PT Sika Indonesia.
 
(swa)

Warga Tionghoa "Nyekar" di TMP

JOGJA -- Diawali upacara menghormati arwah para pahlawan dipimpin Inspektur Upacara Tun Yulianto, ratusan warga Tionghoa di Yogyakarta yang berasal dari berbagai paguyuban dan perhimpunan, Jumat (15/8) sore, nyekar di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kusumanegara.
 
Yang hadir tidak hanya generasi tua terdiri dari para pengusaha sukses di Yogyakarta. Juga turut serta generasi muda. Mereka satu per satu menaburkan bunga di pusara para pahlawan nasional. Sebelum menaburkan bunga, Tun Yulianto tampak mencium pusara Panglima Besar Jenderal Soedirman.
 
Beberapa pengusaha lain juga melakukan hal yang hampir serupa, ada yang mengatupkan tangannya di depan dada kemudian membungkukkan seluruh badannya ke pusara Jenderal Soedirman maupun menghormat dengan penuh khidmat.
 
Upacara dan ziarah Masyarakat Tionghoa Yogyakarta itu digelar dalam rangka memperingati HUT ke-63 Kemerdekaan RI. Usai memberikan penghormatan kepada arwah pahlawan, mereka kemudian mengheningkan cipta.
 
Tampak mendampingi para peziarah antara lain Dan Den Pom Yogyakarta Letkol Ujang Martenis, Kompol Gandung dari Binamitra Poltabes Yogyakarta, Kabid Sosial Dinas Sosial DIY Drs Atmaji Widi Susilo, Kasie Kepahlawananan Dinas Dinas Sosial DIY Prasetyo Budhi Laksono maupun Teguh Soedirman selaku keluarga Pahlawan Jenderal Soedirman.
 
Usai melakukan ziarah, sebelum meninggalkan lokasi masyarakat Tionghoa secara pribadi-pribadi memberikan penghormatan kepada para pahlawan. Mereka membungkukkan badannya di dekat pintu keluar. Kepada wartawan Tun Yulianto yang juga pemilik Duta Foto itu menyatakan Upacara dan Ziarah Masyarakat Tionghoa Yogyakarta bertujuan untuk memperdalam jiwa nasionalisme.
 
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya. Kita sebagai masyarakat Indonesia harus bisa menghargai pahlawan dengan cara turut membangun dan mengembangkan ekonomi serta budaya Yogyakarta," jelasnya.
 
Menurut dia, para pengusaha Tionghoa tidak akan melupakan jasa-jasa para pahlawan.
 
"Mereka bisa seperti ini karena jasa para pahlawan. Para pahlawan berjuang mengorbankan jiwanya sehingga seperti hari ini kita bisa dalam kondisi baik. Pengusaha bisa dengan tenang menjalankan bisnis. Kita tidak akan melupakan perjuangan pahlawan," katanya.
 
Di tempat yang sama, Letkol Ujang memberikan apresiasi positif terhadap kegiatan masyarakat Tionghoa yang melakukan ziarah di TMP Kusumanegara. Ini sangat berguna dalam rangka mempertebal rasa nasionalisme bangsa.
 
Sebelumnya, Kepala Dinas Sopsial DIY dr Andung Prihadi M Kes juga menilai aksi yang dilakukan masyarakat Tionghoa Yogyakarta sebagai salah satu komponen bangsa, merupakan kegiatan positif serta punya nilai-nilai yang perlu disosialisasikan, yakni tentang pentingnya memberikan penghargaan kepada para pahlawan.
 
"TMP ini bukan tempat yang angker yang tidak bisa dikunjungi dan digunakan masyarakat," katanya. TMP terbuka untuk semua golongan. Wisata juga bisa. TMP terbuka bagi wisata ziarah. Surat izinnya tidak sulit," katanya.
 
Hanya saja diakui, dana rutin untuk pemeliharaan TMP -- berasal dari APBN -- sangat minim yaitu hanya Rp 85 juta per tahun. "Rp 85 juta ibarat naik becak kok bisa selamat. Untuk ngresiki rumput, merawat taman, bisa dibayangkan bulan keempat sudah tombok. Satu tahun untuk empat TMP di DIY tomboknya bisa Rp 200 juta. Dana untuk kebersihan dari APBD nol. Tidak ada. Kita sulit menembus DPRD," ungkap Andung.
 
Belum lagi adanya fasilitasi yang hilang seperti lampu-lampu setiap tahun bisa mencapai puluhan. "Kita buka partisipasi masyarakat untuk membantu. Ada yang membantu bersyukur sekali. Kenapa TMP ini bisa bagus, karena dari sumbangan masyarakat. Kita terbuka dan akuntabel. Supaya yang nyumbang tidak protes," katanya.
 
(hul/vin)
 

Dapatkan informasi terkini, terupdate, berimbang dan bertanggung jawab dari seluruh informasi di Indonesia di blogspot :
http://newspaperindonesia.blogspot.com

 

Upacara HUT RI ke-63 ; Warga Lapindo: Tolong Bantu Kami!

Surabaya, 17 Agustus 2008 12:14
Usai upacara memperingati HUT ke-63 kemerdekaan RI di atas tanggul lumpur Lapindo Brantas Inc, sekelompok warga korban lumpur yang mengatasnamakan Gerakan Pendukung Perpres (Gepres) 14/2007 menggelar demo, Minggu (17/8).

Saat upacara di utara makam ulama Porong Sidoarjo, Drs KH Anas Ayyubi, para korban lumpur Lapindo itu tampak tertib.

Selang satu menit upacara berakhir, mereka teriak-teriak dengan membentangkan spanduk di atas alat berat yang berjajar di area lokasi upacara.

Mereka menuntut kepada Lapindo Brantas Inc. untuk segera melunasi sisa ganti rugi yang 80 persen yang sudah masuk jatuh tempo.

"Kami minta Lapindo segera melunasi uang 80 persen yang dijanjikan akan dibayar menjelang masa kontrak dua tahun habis. Tapi sampai sekarang belum juga dilunasi", tangis histeris Rosyidah, sambil berjongkok.

Bahkan, Rosidah mengaku akan diusir oleh pemilik rumah yang dikontrak dua tahun lalu, karena masa kontraknya sudah habis sebulan bulan lalu. "Tolong, bantu kami pak BPLS", katanya sambil bersimpuh di kaki karyawan BPLS.

Sementara warga korban lumpur lainnya melarang BPLS melakukan penanggulan untuk penanganan luapan lumpur, sebelum pelunasan ganti rugi aset mereka yang terendam lumpur dibayar lunas oleh Lapindo. "Kami harap BPLS tidak melakukan penanggulan, sebelum hak warga yang 80 persen dilunasi Lapindo", teriak Iksan, warga asal Siring.

Setelah pihak BPLS bersedia membicarakan masalah ini dengan warga, akhirnya warga membubarkan diri.

Namun, warga tampak belum puas dan berharap dengan pertemuan di hari HUT kemerdekaan ini masalah 80 persen segera tuntas. "Jika tak ada hasil, warga Gepres akan menutup semua aktivitas penanggulan. Kami memperingati hari Kemerdekaan, tapi sejatinya kita belum merdeka", katanya menambahkan.

[EL, Ant]
http://gatra.com/artikel.php?id=117549

Kepalan Indonesia di Selat Ombai

Pemerintah Kabubaten Kupang menancapkan bendera Merah Putih di Pulau Batek, Nusa Tenggara Timur. Takut direbut Timor Loro Sa'e?
TAK berpenghuni, tapi begitu berarti. Itulah Pulau Batek. Ibarat Sipadan dan Ligitan, di nusa kecil di wilayah Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, ini kedaulatan Indonesia kembali dipertaruhkan.

Nelayan yang melaut di sekitar Batek kerap melihat anggota pasukan pemelihara keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor Loro Sa'e berkunjung kemari. Mereka datang dengan kapal besar dan modern. Bahkan, akhir tahun lalu, beberapa pejabat negara tetangga itu menjejak pulau ini.

Boleh jadi mereka sekadar berwisata. Tapi, bagi Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timur, kedatangan mereka ke sana bisa memicu sengketa Indonesia dan Timor Loro Sa'e. "Kita harus mengamankan Pulau Batek, jangan sampai dimanfaatkan pihak asing," kata Wakil Bupati Kupang, Friets Djubida, kepada Yusak Riwu Rohi dari Tempo News Room.

Khawatir bakal kembali kehilangan pulau, Friets datang ke Batek pekan lalu bersama Kolonel Sulaiman B. Nahor, Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut Kupang. Di sana, mereka menancapkan bendera Merah Putih pada sebatang bambu yang diikatkan ke sisi mercu suar.

Mercu suar? Ya. Sejak Timor Timur belum merdeka, Indonesia sudah membangun mercu suar itu. Menara pemandu kapal bercat putih yang sudah mulai buram itu, bertingkat empat, tepat berada di punggung bukit. Sepanjang tahun, si menara sepi sendiri tak berpenjaga.

Namun justru mercu suar itu yang menjadi satu-satunya penanda kedaulatan Indonesia atas Pulau Batek. Selebihnya, Batek merupakan pulau kosong dengan sedikit rumpun pohon asam tempat burung rajawali bersarang dan ayam hutan bertengger. Di pantainya banyak terdapat lubang tempat penyu bertelur.

Seluas hanya tiga hektare, Pulau Batek seperti kepalan tangan yang menyembul dari Selat Ombai, selat kecil di sela Pulau Timor dan Kepulauan Nusa Tenggara. Pulau ini bisa dicapai dengan empat jam perjalanan laut dari Pelabuhan Tenau, Kupang. Letaknya hanya sekitar lima mil dari garis pantai Oepoli, Kabupaten Kupang, lebih jauh dari jarak ke Oekusi, ibu kota Distrik Ambenu, Timor Loro Sa'e, yang hanya dua mil. Bisa jadi karena pulau ini terletak di perbatasan, para nelayan menyebutnya Batek?yang berarti "batas" dalam bahasa setempat.

Menurut Friets Djubida, pemerintah Kabupaten Kupang hendak menjadikan Pulau Batek sebagai lokasi wisata alam karena hamparan pasir putih yang mengitarinya. "Kita akan segera membangun vila-vila kecil di sana," katanya. Ia juga akan melepas monyet hutan untuk "menjaga" pulau ini. Sedangkan pihak TNI Angkatan Laut berjanji akan berpatroli rutin di sekitarnya.

Sejak lepasnya Sipadan dan Ligitan ke tangan Malaysia, perhatian pada pulau-pulau Indonesia di perbatasan yang diduga rawan lepas ke negara jiran langsung mencuat. Departemen Kelautan dan Perikanan mencatat ada 88 pulau kecil di pinggiran Indonesia yang berpotensi hilang. Memang beberapa di antaranya terancam lenyap karena permukaannya digerus para pedagang pasir, tapi terbanyak karena letaknya di batas teritorial Indonesia dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Filipina, Palau, India, Australia, Papua Nugini, Vietnam, dan Timor Loro Sa'e.

Kekhawatiran itu ditepis Departemen Luar Negeri, yang yakin tak ada lagi sengketa kepemilikan pulau yang melibatkan Indonesia dengan negara tetangganya. Menurut Hassan Wirajuda, yang perlu dilakukan saat ini adalah negosiasi penentuan batas perairan wilayah?jadi bukan soal status kepemilikan pulau-pulau. "Sudah jelas pulau-pulau itu milik Indonesia. Jangan campur-adukkan status belum ditentukannya batas laut dengan status kepemilikan pulau," kata Menteri Luar Negeri RI itu.

Pulau Pasir dan dua pulau kecil di Celah Timor, misalnya, berkondisi kebalikan dari pulau Batek. Pulau-pulau ini adalah tempat nelayan tradisional Indonesia mencari tripang sejak ratusan tahun silam. Tapi, seperti kata Menteri Luar Negeri Hassan Wirayuda, secara de jure adalah milik Australia. Pulau Pasir bahkan telah menjadi kawasan cagar alam negeri itu, dan nelayan Indonesia dilarang melaut di dekatnya. Ketiganya pun sudah beroleh nama baru dari penguasanya: Ashmore untuk Pulau Pasir, Hibernia dan Cartier buat dua pulau lainnya.

Tomi Lebang
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2003/01/20/NAS/mbm.20030120.NAS84355.id.html

Iran Luncurkan Satelit Buatan Sendiri

Teheran (ANTARA News) - Iran, Minggu, menyatakan bahwa mereka telah meluncurkan satelit pertamanya yang dibuat di dalam negeri, demikian dilaporkan Kantor Berita IRNA.

"Satelit Omid (Harapan) Iran diluncurkan Minggu dengan menggunakan roket pembawa satelit Safir (Duta Besar)," kata IRNA mengutip sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh angkatan bersenjata Iran.

Iran, yang terlibat dalam perselisihan dengan Barat menyangkut program nuklirnya, menyulut kekhawatiran internasional pada Februari, ketika negara itu menguji roket yang dirancang untuk membawa satelit. Teknologi balistik yang digunakan untuk membawa satelit ke angkasa juga bisa digunakan untuk meluncurkan senjata, namun Iran menyatakan tidak punya rencana untuk melakukan hal itu.
 
Barat menuduh Iran berusaha membuat senjata nuklir dengan selubung program sipil. Iran, produsen minyak terbesar keempat dunia, menekankan bahwa mereka membutuhkan teknologi nuklir untuk menghasilkan listrik. Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad hadir di pusat antariksa Iran dan membaca penghitungan detik-detik terakhir peluncuran, siar televisi pemerintah.

"Presiden menyampaikan selamat kepada bangsa Iran atas prestasi besar itu," katanya.
 
Televisi Iran menunjukkan roket itu di tempat peluncurannya di gurun namun tidak menunjukkan lepas-landasnya. Washington menuduh Iran berusaha memperlengkapi rudal-rudalnya dengan hulu-ledak nuklir. Iran memiliki rudal-rudal yang bisa menjangkau jarak 2.500 kilometer, yang berarti bisa menghantam sasaran-sasaran di Israel atau pangkalan militer AS di Teluk. Dewan Keamanan PBB telah memberlakukan tiga babak sanksi terhadap Iran karena membangkang tuntutan agar menghentikan program pengayaan uraniumnya.
 
(*)
COPYRIGHT © 2008

Musharraf says he will resign Pakistan presidency

(CNN) -- Pakistani President Pervez Musharraf announced his resignation Monday after weeks of pressure to relinquish power.
 
Pakistan's Pervez Musharraf has until now stubbornly resisted pressure to quit.
Pakistan's Pervez Musharraf has until now stubbornly resisted pressure to quit.
 
Musharraf told the nation in a televised address that he would step down -- nearly nine years after he seized power in a bloodless coup in 1999.
 
"I don't want the people of Pakistan to slide deeper and deeper into uncertainty," Musharraf said.
 
"For the interest of the nation, I have decided to resign as president," he said. "I am not asking for anything. I will let the people of Pakistan decide my future."
 
Musharraf has been a keen ally of the West in the fight on terror, receiving billions in military aid from the U.S. and launching attacks on militant groups near the country's border with Afghanistan. He was expected to turn in his resignation to parliament Monday.
 
"It will be accepted, there is no second opinion about that," said Iqbal Zaffar Jhagra, the secretary general of the junior partner in the ruling coalition, the Pakistan Muslim League-N (PML-N). Musharraf quit as the ruling coalition was taking steps to impeach him.
 
Local media reports said he had been granted "safe passage" out of the country. British Foreign Secretary David Miliband said it was strongly committed to its alliance with Pakistan following Musharraf's resignation.
 
Zakaria: Raw power and self-interest in Pakistan
He praised Musharraf's economic and security achievements, described Pakistan as a "vital friend" and said Britain's aid program for the country would continue, The Associated Press reported. Meanwhile, two Afghanistan government spokesman told AP Musharraf's resignation would be good for their country.
 
Until now, Musharraf, 65, had resisted pressure to resign. But his power had eroded since parties opposed to his rule swept to victory in February's parliamentary elections. Musharraf spent a large part of his speech delivering a state-of-the-union style list of Pakistan's "accomplishments" under his rule. He contrasted it with what he called the deteriorating economic situation now.
 
"After the elections, the nation wanted solutions from the new government," he said. "But the politicians could not do so. A personal vendetta was started."
 
A coalition committee spent last week compiling a list of charges against Musharraf including corruption, economic mismanagement and violating the constitution. Parliament was expected to consider an impeachment motion Monday or Tuesday.
 
"I am confident that not a single charge can stand against me," Musharraf said. "I have not done anything for my personal gain. Whatever I have done, I have done it for Pakistan."
 
Faisal Kapadia, a commodities trader in Karachi who runs a blog about Pakistan called Deadpan Thoughts, said Musharraf's decision would get a mixed reaction.
 
"Leading Pakistan is not an easy task, and anyone doing it comes under a lot of criticism," he said.
 
"In the start, most Pakistanis were for him. And he still has some supporters -- especially because the new government, which promised to do things differently, has failed to do much in the past 100 days in power."
Musharraf grabbed power in 1999. He was serving as military chief when then-Prime Minister Nawaz Sharif dismissed him, setting off a confrontation.
 
As Musharraf was returning from an overseas visit in October 1999, Sharif refused to allow the commercial airliner with 200 passengers on board to land. Within hours the army had deposed Sharif in a bloodless coup, and the plane was allowed to touch down with only 10 minutes of fuel left. Musharraf was welcomed by a nation on the brink of economic ruin.
 
"I think at this point, his intentions were good," said Lt. Gen. Talat Masood, a political analyst. "He wanted to serve the country and to be different."
 
During his rule, Pakistan attained respectable growth rates and established a generally favorable investment climate. Along with that came a growing middle class, a more aggressive media, and a more assertive judiciary.
 
"He brought parliamentary reforms. He brought women into the parliament," said Ahmed Bilal Mehboob, director of the Pakistan Institute of Legislative Development and Transparency. But, analysts say, Musharraf never lost his military mindset.
 
"He in a way, always believed in a unity of command, a very centralized command, which means his command, in fact," said Masood.
 
After the September 11, 2001, terrorist attacks in the United States, Musharraf found himself on the frontline of the 'war on terror.'
 
Pakistan had long supported the Taliban as they battled for control of Afghanistan in 1990s, in the aftermath of the Soviet pull out. But after the 2001 attacks, Musharraf aligned himself with the U.S. to help rout the fundamentalist Islamic movement. Washington gave Musharraf billions in aid as he vowed to deprive the militants of the sanctuary they had established along the country's border with Afghanistan.
 
He cast himself as indispensable -- to the West and to Pakistan, analysts said. However, Musharraf's popularity began to plummet last year following the March suspension of Supreme Court Chief Justice Iftikhar Chaudhry. The move triggered protests and accusations that he was trying to influence the court's ruling on whether he could run for another five-year term. Chaudhry was reinstated but the damage was done.
 
"Undoubtedly, that was the catalyst," Masood said. "This is where he went wrong, and he underestimated the value of democracy."
 
In October, Musharraf was re-elected president by a parliament critics said was stacked with his supporters. Opposition parties filed a challenge. The next month, he declared a state of emergency, suspended Pakistan's constitution, replaced the chief judge again and blacked out independent TV outlets. Under pressure from the West, he later lifted the emergency and promised elections in January.
 
He allowed Sharif, the prime minister he deposed, to return from exile. He also let in another political foe, Benazir Bhutto. She, too, had been a prime minister, and led the Pakistan People's Party. However, in December, the country was plunged into further turmoil when Bhutto was killed at a rally in Rawalpindi.
 
Musharraf's government and the CIA contend the killing was orchestrated by Baitullah Mehsud, a leader of the Pakistani Taliban with ties to al Qaeda. But nationwide polls found that a majority of Pakistanis believe Musharraf's government was complicit in the assassination. Meanwhile, several other factors compounded Musharraf's declining popularity: a shortage of essential food items, power cuts, and a skyrocketing inflation.
 

Wartawan Jangan Mau Jadi Saksi

MAKASSAR -- Wartawan tidak diperkenankan menjadi saksi di kantor kepolisian atas suatu pemberitaan yang dimuatnya pada koran. "Wartawan jangan mau jadi saksi. Kesaksiannya itu bisa direpresentasikan dalam produk berita," ujar wartawan senior di berbagai media, Dr. S. Sinansari Ecip dalam diskusi "Lawan Kriminalisasi Pers, Tegakkan Etika Jurnalistik" pada 14 Tahun AJI Kota Makassar di Makassar, Senin.

Demikian pula halnya, lanjut Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat ini, bahwa wartawan juga tidak boleh langsung dipidanakan. "Bila terjadi masalah dengan pemberitaan, maka penyelesaiannya harus seuai dengan undang-undang pers seperti somasi, hak koreksi dan hak jawab," tegasnya seraya menambahkan bahwa wartawan itu sendiri, bertugas menjalankan profesinya dan terikat dengan etika jurnalistik.

"Karya jurnalistik adalah karya politik. Tuduhan pelanggaran pidana adalah karya perseorangan. Pelanggaran pidana tidak benar ditujukan kepada wartawan. Tetapi hal tersebut bisa diarahkan ke masalah perdata," kata Ecip yang aktif menulis buku-buku tentang jurnalistik.

Namun tidak tertutup kemungkinan pula, lanjutnya, wartawan itu dapat dijerat pasal pidana bila tidak menjalankan profesinya berdasarkan etika jurnalistik yang telah ditetapkan. Dia mengakui bila masih ada beberapa wartawan yang tidak berjalan pada rel kode etik jurnalistik.

Hal senada dikatakan salah seorang wartawan di Makassar yang secara tegas meminta kepada para jurnalis untuk tidak memenuhi panggilan polisi bila diminta menjadi saksi guna memberikan keterangan di kantor polisi.

Polisi malah disarankan untuk mengutip hasil produk berita wartawan tersebut yang telah ditulisnya dalam koran. Sebab keterangan wartawan yang nantinya akan dimintai di kantor polisi, tidak jauh beda dengan apa yang ditulisnya dalam koran.
 
ant/is
()
 

Dapatkan informasi terkini, terupdate, berimbang dan bertanggung jawab dari seluruh informasi di Indonesia di blogspot :
http://newspaperindonesia.blogspot.com

Custom Search