JOGJA -- Diawali upacara menghormati arwah para  pahlawan dipimpin Inspektur Upacara Tun Yulianto, ratusan warga Tionghoa di  Yogyakarta yang berasal dari berbagai paguyuban dan perhimpunan, Jumat (15/8)  sore, nyekar di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kusumanegara.
 Yang hadir tidak hanya generasi tua terdiri dari  para pengusaha sukses di Yogyakarta. Juga turut serta generasi muda. Mereka satu  per satu menaburkan bunga di pusara para pahlawan nasional. Sebelum menaburkan  bunga, Tun Yulianto tampak mencium pusara Panglima Besar Jenderal  Soedirman.
 Beberapa pengusaha lain juga melakukan hal yang  hampir serupa, ada yang mengatupkan tangannya di depan dada kemudian  membungkukkan seluruh badannya ke pusara Jenderal Soedirman maupun menghormat  dengan penuh khidmat.
 Upacara dan ziarah Masyarakat Tionghoa Yogyakarta  itu digelar dalam rangka memperingati HUT ke-63 Kemerdekaan RI. Usai memberikan  penghormatan kepada arwah pahlawan, mereka kemudian mengheningkan  cipta.
 Tampak mendampingi para peziarah antara lain Dan  Den Pom Yogyakarta Letkol Ujang Martenis, Kompol Gandung dari Binamitra Poltabes  Yogyakarta, Kabid Sosial Dinas Sosial DIY Drs Atmaji Widi Susilo, Kasie  Kepahlawananan Dinas Dinas Sosial DIY Prasetyo Budhi Laksono maupun Teguh  Soedirman selaku keluarga Pahlawan Jenderal Soedirman.
 Usai melakukan ziarah, sebelum meninggalkan lokasi  masyarakat Tionghoa secara pribadi-pribadi memberikan penghormatan kepada para  pahlawan. Mereka membungkukkan badannya di dekat pintu keluar. Kepada  wartawan Tun Yulianto yang juga pemilik Duta Foto itu menyatakan Upacara dan  Ziarah Masyarakat Tionghoa Yogyakarta bertujuan untuk memperdalam jiwa  nasionalisme.
 "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai  pahlawannya. Kita sebagai masyarakat Indonesia harus bisa menghargai pahlawan  dengan cara turut membangun dan mengembangkan ekonomi serta budaya Yogyakarta,"  jelasnya.
 Menurut dia, para pengusaha Tionghoa tidak akan  melupakan jasa-jasa para pahlawan.
 "Mereka bisa seperti ini karena jasa para pahlawan.  Para pahlawan berjuang mengorbankan jiwanya sehingga seperti hari ini kita bisa  dalam kondisi baik. Pengusaha bisa dengan tenang menjalankan bisnis. Kita tidak  akan melupakan perjuangan pahlawan," katanya.
 Di tempat yang sama, Letkol Ujang memberikan  apresiasi positif terhadap kegiatan masyarakat Tionghoa yang melakukan ziarah di  TMP Kusumanegara. Ini sangat berguna dalam rangka mempertebal rasa nasionalisme  bangsa.
 Sebelumnya, Kepala Dinas Sopsial DIY dr Andung  Prihadi M Kes juga menilai aksi yang dilakukan masyarakat Tionghoa Yogyakarta  sebagai salah satu komponen bangsa, merupakan kegiatan positif serta punya  nilai-nilai yang perlu disosialisasikan, yakni tentang pentingnya memberikan  penghargaan kepada para pahlawan.
 "TMP ini bukan tempat yang angker yang tidak bisa  dikunjungi dan digunakan masyarakat," katanya. TMP terbuka untuk semua golongan.  Wisata juga bisa. TMP terbuka bagi wisata ziarah. Surat izinnya tidak sulit,"  katanya.
 Hanya saja diakui, dana rutin untuk pemeliharaan  TMP -- berasal dari APBN -- sangat minim yaitu hanya Rp 85 juta per tahun. "Rp  85 juta ibarat naik becak kok bisa selamat. Untuk ngresiki rumput, merawat  taman, bisa dibayangkan bulan keempat sudah tombok. Satu tahun untuk empat TMP  di DIY tomboknya bisa Rp 200 juta. Dana untuk kebersihan dari APBD nol. Tidak  ada. Kita sulit menembus DPRD," ungkap Andung.
 Belum lagi adanya fasilitasi yang hilang seperti  lampu-lampu setiap tahun bisa mencapai puluhan. "Kita buka partisipasi  masyarakat untuk membantu. Ada yang membantu bersyukur sekali. Kenapa TMP ini  bisa bagus, karena dari sumbangan masyarakat. Kita terbuka dan akuntabel. Supaya  yang nyumbang tidak protes," katanya.
 (hul/vin)
  Dapatkan informasi  terkini, terupdate, berimbang dan bertanggung jawab dari seluruh informasi di  Indonesia di blogspot :
http://newspaperindonesia.blogspot.com
  http://newspaperindonesia.blogspot.com
  