Inilah "Blue Energy"  Sesungguhnya
 Diupload Oleh Awang Riyadi
 energiterbarukan.net -
 Ditengah permasalahan energi di Indonesia, "blue  energy" yang dikembangkan Joko Suprapto menjadi harapan sebagai solusi  alternatif. Konon blue energy berasal dari air laut. Sayangnya, "Bali Magic  Fuel" sebutan Reuters untuk Minyak Indonesia Bersatu yang dipamerkan di  konferensi perubahan iklim di Bali penuh dengan misteri sehingga tak pelak  kontroversi-pun merebak. Namun, tak sepenuhnya misteri jika kita bicara tentang  energi dari lautan, karena telah banyak negara yang mengembangkannya, termasuk  Indonesia. Lautan inilah blue energy yang sesungguhnya.
 Laut, Gudang energi
 Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia  dengan dua per tiga luas wilayah atau sekitar 5,8 juta km2 berupa lautan terdiri  dari sekitar 17.504 pulau yang dikelilingi oleh garis pantai sepanjang 81.000  km. 
Laut bukanlah hanya sekedar air asin yang menjadi habitat beragam kekayaan hayati, namun ini adalah lautan energi. Air laut, dinamika air laut dan ruang diatas laut memiliki potensi energi luar biasa. Tidak seperti blue energy hasil inovasi Joko Suprapto yang mengklaim menggunakan "teknologi mata hati", potensi energi samudera kita dapat dipanen dengan teknologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan telah terbukti aplikasinya.
 Laut bukanlah hanya sekedar air asin yang menjadi habitat beragam kekayaan hayati, namun ini adalah lautan energi. Air laut, dinamika air laut dan ruang diatas laut memiliki potensi energi luar biasa. Tidak seperti blue energy hasil inovasi Joko Suprapto yang mengklaim menggunakan "teknologi mata hati", potensi energi samudera kita dapat dipanen dengan teknologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan telah terbukti aplikasinya.
Energi Kimia Air Laut
Yang pertama adalah potensi energi dalam struktur kimia air laut. Air laut terdiri dari ion-ion seperti Na+ dan Cl- yang menjadikan laut seperti baterai raksasa. Prinsipnya sederhana seperti halnya aki/baterai, air laut sebagai elektrolit masuk ke dalam tabung. Dengan memasukkan anoda dan katoda dari bahan tertentu dihasilkan reaksi yang menimbulkan tegangan.
 Yang pertama adalah potensi energi dalam struktur kimia air laut. Air laut terdiri dari ion-ion seperti Na+ dan Cl- yang menjadikan laut seperti baterai raksasa. Prinsipnya sederhana seperti halnya aki/baterai, air laut sebagai elektrolit masuk ke dalam tabung. Dengan memasukkan anoda dan katoda dari bahan tertentu dihasilkan reaksi yang menimbulkan tegangan.
J.R. Pahlano DAUD (Harian Komentar, 2005)  menjelaskan sebuah percobaan sederhana, dua liter air laut sebagai elektrolit  dialirkan ke rangkaian Grafit (anoda) dan Seng atau Zn (katoda) mampu  menghasilkan tegangan 1,6 volt. Bahkan dengan air laut 400 liter, dan accu (aki)  bekas 12 volt mampu menghasilkan 9,2-11,8 volt.
 Berikutnya adalah energi akibat adanya perbedaan  salinitas (tingkat kadar garam). Pada kondisi beda salinitas, berlaku prinsip  termodinamika. Dua larutan dengan konsentrasi berbeda pada suhu tetap akan  melepas sejumlah energi.
 Muara sungai adalah lokasi terbaik. Di muara  terjadi pertemuan antara air tawar dan air asin dengan perbedaan salinitas yang  besar. Menurut Pahlano, secara teoritis percampuran antara 1 m3 air tawar dengan  1m3 air laut dapat melepas energi sebesar 2,24 MW. Sungai dengan debit sebesar  57 ribu m3/detik secara teoritis dapat menghasilkan 128 ribu MW. Jika hanya 10  persen dari aliran tersebut dimanfaatkan, maka dapat dipanen energi sebesar 1,28  MW.
 Berikutnya adalah hidrogen (fuel cel) yang dapat di  hasilkan dari elektrolisis H2O (komponen utama air laut). Sampai saat ini  teknologi pemisahan Hidrogen dari air masih mahal dan membutuhkan energi yang  besar. Hidrogen sendiri sebagai bahan bakar telah terbukti dan sangat bersih.  Salah satu alternatif produksi hydrogen dari air laut adalah dengan memanfaatkan  energi lainnya (energi matahari, energi gelombang, energi angin) yang juga  dibangkitkan dari laut.
 Energi Gerakan Dinamis Air  Laut
 Energi selanjutnya memanfaatkan dinamika gerakan  air laut yaitu gelombang, pasang surut dan arus laut. Gelombang merupakan  gerakan permukaan air laut akibat hembusan angina. Pasang surut air laut adalah  gerakan naik turunnya permukaan air laut sebagai akibat gaya gravitasi bulan.  Dan terakhir, arus laut adalah aliran air laut yang terjadi karena perbedaan  suhu antar lautan, arus dengan kecepatan besar biasanya di selat.
 Gelombang laut dapat dikonversi menjadi energi  listrik dengan mengubah gerakan relatif naik turun permukaan laut menjadi  gerakan untuk memutar turbin. Menurut Electric Power Research Institute, daerah  samudera Indonesia sepanjang pantai selatan Jawa sampai Nusa Tenggara adalah  lokasi yang memiliki potensi energi gelombang cukup besar berkisar antara 10   20 kW per meter gelombang. Bahkan beberapa penelitian menyimpulkan di beberapa  titik bisa mencapai 70 kW/m.
 Di luar negeri teknologi ini sudah mencapai tahap  komersialisasi. Australia, Scotlandia, Amerika Serikat, Inggris, Jepang,  Finlandia, dan Belanda adalah negara-negara yang serius mengembangkan teknologi  konversi energi gelombang.
 Bagaimana Indonesia? Pada tahun 2003, Zamrisyaf  seorang karyawan PLN telah membuat Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang (PLTGL)  di bibir pantai padang dengan daya tiga kilowatt mampu menerangi 20 rumah di  desa nelayan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) juga telah  mengembangkan PLTGL di pantai Parangracuk, Baron, DIY dan berhasil memperoleh  daya sebesar 522 watt.
 Pada tahun 2005, di di Pantai Tanjung Karang,  Mataram, empat anak muda alumni beberapa universitas di Makassar dan Malang  berhasil membuat PLTGL. Di Surabaya, Arief Suroso, seorang mahasiswa ITS  Surabaya melakukan penelitian peningkatan daya pada sistem konversi energi  gelombang laut jenis cavity resonator. Modifikasi bentuk tabung silinder yang  dilakukan berhasil meningkatkan daya rata-rata sekitar 90%!
 Potensi berikutnya adalah energi pasang surut. Di  Indonesia daerah yang potensial adalah sebagian Pulau Sumatera, Sulawesi, Nusa  Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Papua, dan pantai selatan Pulau Jawa, karena  pasang surutnya bisa mencapai enam meter. Untuk yang satu ini Indonesia masih  ketinggalan. Perancis, Rusia dan Australia tercatat sebagai negara pioneer yang  telah berhasil.
 Pemanfaatan energi arus laut telah dirintis oleh  Kementerian Ristek. Dibawah koordinasi Ristek, Indonesia menjalin kerjasama  dengan Italy dan UNIDO dalam transfer teknologi pemanfaatan energi arus laut  (Marine Current Energy/MCE) dengan konstruksi KOBOLD. Kerjasama ini  ditandatangani akhir Mei 2006 di Jakarta. Prototype KOBOLD yang berada di  Messina-Sicilia-Italy saat ini, dapat menghasilkan energi listrik sampai 300  KW.
 Energi Perbedaan  Panas
 Perbedaan suhu air laut permukaan dengan suhu air  pada kedalaman 1 km minimal 20 derajat celcius. Perbedaan suhu ini dapat  dikonversi menjadi energi dengan siklus Rankine. Pemanfaatan energi ini dikenal  juga dengan Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC). Prinsipnya cukup sederhana,  fluida akan mengalir jika terjadi perbedaan suhu, dan aliran ini dimanfaatkan  menggerakkan turbin.
 Terletak di daerah tropis, Indonesia sangat cocok  memanfaatkan teknologi ini. Lokasi ideal pada daerah antara 6- 9° lintang  selatan dan 104-109° bujur timur. Di lokasi ini pada jarak kurang dari 20 km  dari pantai didapatkan suhu rata-rata permukaan laut di atas 28°C dengan  perbedaan suhu permukaan dan kedalaman laut (1.000 m) sebesar 22,8°C. Menurut  Harsono Soepardjo (Kompas, 2003), potensi termal mencapai 2,5 x 1023 joule.  Ilustrasi sederhana, jika efisiensi konversi energi panas laut sebesar tiga  persen maka Indonesia dapat memanen daya sekitar 240.000 MW.
 Perkembangan teknologi konversi energi panas laut  di Indonesia baru pada tahap penelitian. Sebuah pilot plant dengan jenis  konversi energi panas laut landasan darat dan dengan kapasitas 100 kW dibangun  di Bali Utara. Negara-negara yang telah lama mengembangkan teknologi ini antara  lain Jepang di kepulauan Nauru dan Amerika di Hawaii dengan kapasitas daya  mencapai 1 MW.
 Potensi Energi di Atas  Permukaan
 Permukaan laut yang luas tanpa penghalang dan  hembusan angin yang kuat merupakan potensi yang baik bagi pemanfaatan energi  surya dan angin. Untuk berladang energi di permukaan laut, Indonesia masih  tertinggal jauh.
 Negara-negara eropa, Amerika dan Jepang telah lama  memanfaatkan ruang di permukaan laut sebagai lokasi pembangkit listrik tenaga  angin dan matahari. Sedangkan di Indonesia pemanfaatannya masih terbatas untuk  sirkulasi air di kerambah/tambak dengan menggunakan kincir angin.
 Berkah Dalam  Kesulitan
 Naiknya harga minyak sampai 141 US$ saat ini adalah  berkah tersendiri bagi pengembangan "blue energy". Pemanfaatan potensi energi  non fosil  selama ini terkendala daya saing ekonomis yang rendah terhadap  energi fosil. Apalagi dengan adanya mekanisme subsidi, sulit bagi energi non  konvensional untuk bersaing.
 Momentum "krisis" harga energi fosil seharusnya  dapat dimanfaatkan untuk mulai berkomitmen mengembangkan energi alternatif  secara sungguh-sungguh. Sejarah mencatat, Brazil berhasil mengembangkan  bioethanol dan menjadi produsen terbesar dunia dengan biaya yang rendah. Brazil  yang sangat tergantung minyak impor, pada tahun 1970-an memanfaatkan momentum  krisis minyak dunia untuk mengembangkan secara serius bahan bakar alternatif,  bioethanol.
 Walaupun demikian, akal sehat tetap harus  dikedepankan. Jangan sampai kebingungan mengarahkan pada solusi-solusi  irasional. Sebut saja sebagai contoh, kasus pencarian harta karun di situs batu  tulis bogor untuk menutup hutang luar negeri. Atau fenomena Ahmad Zaini Suparta  yang mengklaim memiliki ribuan trilliun rupiah. Dan terakhir tentunya fenomena  kontroversi "blue energy" dari air laut dengan "teknologi mata  hati".
 Alih-alih menghabiskan energi dan waktu dalam  kontroversi "the Bali Magic Fuel"/Minyak Indonesia Bersatu/atau apalah  namanya...., toh sejarah akan membuktikan dengan sendirinya. Lebih baik kita  rasional saja. Mari kita kembangkan energi dari lautan, inilah "blue energy"  sesungguhnya....
-Awang Riyadi-
  -Awang Riyadi-
Dapatkan informasi terkini, terupdate, berimbang  dan bertanggung jawab dari seluruh informasi di Indonesia di milis :  
Newspaper-Indonesia@yahoogroups.com & SuratKabar-Indonesia@yahoogroups.com
 Newspaper-Indonesia@yahoogroups.com & SuratKabar-Indonesia@yahoogroups.com
Search Engine Terpopuler Milik Anak  Bangsa
  
  